Inna lillahi, empat Muslimah di Xinjiang dipaksa aborsi oleh otoritas kafir Cina
Kamis, 1 Rabiul Awwal 1435 H / 2 Januari 2014 21:30
XINJIANG (Arrahmah.com) – Inna lillahi wa inna ilaihi ro ji’uun, empat Musimah di wilayah Xinjiang telah dipaksa mengugurkan kandungannya oleh otoritas kafir komunis Cina di bawah peraturan pemerintah Beijing yang memberlakukan kebijakan “satu anak.”
Keempat Muslimah yang malang itu di antara enam perempuan yang dipaksa untuk melakukan aborsi pada Desember lalu di Hotan, Xinjiang, sebagaimana dilansir Radio Free Asia (RFA) pada Senin (30/12/2013).
“Kami telah berencana untuk melakukan aborsi terhadap enam wanita. Empat dari mereka telah menjalani aborsi,” kata Eniver Momin, wakil kepala kota Aris Hotan, kepada RFA cabang Uighur.
“Satu wanita lagi sedang menunggu di rumah sakit untuk menjalani aborsi sementara wanita lainnya telah melarikan diri sebelum melaksanakan proses ini,” tambah Momin.
Menurut laporan, salah satu di antara empat Muslimah itu kandungannya telah memasuki umur 9 bulan dan empat ibu tersebut disuntik paksa dengan obat rangsang aborsi.
Awat Han, kepala KB di kota Arish, juga mengkonfirmasi bahwa empat aborsi paksa telah dilakukan, mengatakan bahwa ia hanya mengikuti perintah dari pihak berwenang yang bertekad memberlakukan kebijakan “satu anak” yang diperkenalkan pada 1970-an untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk.
Di bawah undang-undang baru yang disahkan pada akhir Desember lalu, pasangan menikah di Cina hanya akan diizinkan untuk memiliki anak kedua jika salah satu pasangannya adalah anak tunggal.
Kebijakan tersebut juga berlaku bagi warga Muslim etnis Uighur. Padahal, karena etnis Uighur adalah minoritas seharusnya dikecualikan dari kebijakan seperti ini.
Bayi suci jadi korban aborsi paksa
Akibat tindakan aborsi paksa ini, bayi yang masih suci telah menjadi korban. Keluarga Memettursun Kawul mengalami duka yang mendalam karena kehilangan puteranya yang telah dinanti untuk lahir ke dunia.
Suami dari salah satu perempuan yang dipaksa aborsi ini mengatakan bahwa isterinya melahirkan bayi laki-laki saat proses aborsi, meski awalnya dalam keadaan hidup tetapi satu jam kemudian bayi itu meninggal dunia.
Kawul, yang telah memiliki tiga anak perempuan, mengatakan bahwa ia telah menanti dengan cemas kelahiran putera mereka. Tetapi para pejabat di kota itu telah memaksa isterinya untuk masuk ke rumah sakit untuk melakukan aborsi sejak saat usia kehamilannya enam bulan pada November tahun lalu. Pihak Kawul telah menawarkan untuk membayar denda tetapi ditolak.
“Kami mengatakan bahwa kami telah bersedia untuk membayar denda sebesar 50.000 hingga 100.000 yuan, tetapi mereka menolak,” katanya.
Kawul juga mengatakan bahwa ia dan isterinya telah berusaha bersembunyi ke kota lain paada bulan November, tetapi Awat Han mendatangi mereka bersama dua polisi dan membawa paksa isterinya ke Rumah Sakit Nurluq di kota Arish.
Pasangan Muslim tersebut telah berusaha menyelamatkan bayi mereka dengan memabwanya ke rumah sakit lain setelah dilahirkan secara paksa menggunakan obat aborsi, namun anak mereka ditakdirkan meninggal dunia yang nampaknya disebabkan oleh obat aborsi itu.
Muslim di Xinjiang telah lama mengalami diskriminasi dan penindasan dari otoritas Cina. Puluhan Muslim bahkan telah meninggal dunia dalam beberapa bulan terakhir akibat ditembak mati oleh polisi Cina dengan dalih terlibat “terorisme” atau “ekstremisme agama.”
Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia telah mengecam penindasan seperti itu terhadap etnis Uighur, mengatakan bahwa otoritas Cina telah membesar-besarkan isu “terorisme” untuk melegalisasi penindasannya terhadap Muslim Uighur. (siraaj/arrahmah.com)
Keempat Muslimah yang malang itu di antara enam perempuan yang dipaksa untuk melakukan aborsi pada Desember lalu di Hotan, Xinjiang, sebagaimana dilansir Radio Free Asia (RFA) pada Senin (30/12/2013).
“Kami telah berencana untuk melakukan aborsi terhadap enam wanita. Empat dari mereka telah menjalani aborsi,” kata Eniver Momin, wakil kepala kota Aris Hotan, kepada RFA cabang Uighur.
“Satu wanita lagi sedang menunggu di rumah sakit untuk menjalani aborsi sementara wanita lainnya telah melarikan diri sebelum melaksanakan proses ini,” tambah Momin.
Menurut laporan, salah satu di antara empat Muslimah itu kandungannya telah memasuki umur 9 bulan dan empat ibu tersebut disuntik paksa dengan obat rangsang aborsi.
Awat Han, kepala KB di kota Arish, juga mengkonfirmasi bahwa empat aborsi paksa telah dilakukan, mengatakan bahwa ia hanya mengikuti perintah dari pihak berwenang yang bertekad memberlakukan kebijakan “satu anak” yang diperkenalkan pada 1970-an untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk.
Di bawah undang-undang baru yang disahkan pada akhir Desember lalu, pasangan menikah di Cina hanya akan diizinkan untuk memiliki anak kedua jika salah satu pasangannya adalah anak tunggal.
Kebijakan tersebut juga berlaku bagi warga Muslim etnis Uighur. Padahal, karena etnis Uighur adalah minoritas seharusnya dikecualikan dari kebijakan seperti ini.
Bayi suci jadi korban aborsi paksa
Akibat tindakan aborsi paksa ini, bayi yang masih suci telah menjadi korban. Keluarga Memettursun Kawul mengalami duka yang mendalam karena kehilangan puteranya yang telah dinanti untuk lahir ke dunia.
Suami dari salah satu perempuan yang dipaksa aborsi ini mengatakan bahwa isterinya melahirkan bayi laki-laki saat proses aborsi, meski awalnya dalam keadaan hidup tetapi satu jam kemudian bayi itu meninggal dunia.
Kawul, yang telah memiliki tiga anak perempuan, mengatakan bahwa ia telah menanti dengan cemas kelahiran putera mereka. Tetapi para pejabat di kota itu telah memaksa isterinya untuk masuk ke rumah sakit untuk melakukan aborsi sejak saat usia kehamilannya enam bulan pada November tahun lalu. Pihak Kawul telah menawarkan untuk membayar denda tetapi ditolak.
“Kami mengatakan bahwa kami telah bersedia untuk membayar denda sebesar 50.000 hingga 100.000 yuan, tetapi mereka menolak,” katanya.
Kawul juga mengatakan bahwa ia dan isterinya telah berusaha bersembunyi ke kota lain paada bulan November, tetapi Awat Han mendatangi mereka bersama dua polisi dan membawa paksa isterinya ke Rumah Sakit Nurluq di kota Arish.
Pasangan Muslim tersebut telah berusaha menyelamatkan bayi mereka dengan memabwanya ke rumah sakit lain setelah dilahirkan secara paksa menggunakan obat aborsi, namun anak mereka ditakdirkan meninggal dunia yang nampaknya disebabkan oleh obat aborsi itu.
Muslim di Xinjiang telah lama mengalami diskriminasi dan penindasan dari otoritas Cina. Puluhan Muslim bahkan telah meninggal dunia dalam beberapa bulan terakhir akibat ditembak mati oleh polisi Cina dengan dalih terlibat “terorisme” atau “ekstremisme agama.”
Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia telah mengecam penindasan seperti itu terhadap etnis Uighur, mengatakan bahwa otoritas Cina telah membesar-besarkan isu “terorisme” untuk melegalisasi penindasannya terhadap Muslim Uighur. (siraaj/arrahmah.com)
Merona Jingga berbagi foto Reportase Islam.
Seorang Rapper Inggris Meninggalkan Rumah Mewahnya Demi Jihad Di Suriah LONDON (Reportase Islam) – Seorang Rapper Inggris bernama Bary telah meninggalkan ru...mah mewahnya seharga 1 juta pounsterling hanya untuk bergabung dengan Mujahidin Suriah. Bary yang bernama lengkap Abdel-Majed Abdel Bary adalah seorang pemuda yang tumbuh menjadi seorang militan Islam. Dia meninggalkan rumahnya beberapa bulan lalu dan mengatakan kepada keluarganya, “aku harus meninggalkan segalanya demi Allah.” Bary mengenal banyak hal tentang Islam ketika beliau dekat dengan Syeikh Anjem Choudary, akhirnya dengan niat yang tulus beliau berangkat ke Suriah, dan mengabarkan bahwa beliau telah sampai di Suriah dari postingan foto-foto di Internet. Lewat internet beliau menyampaikan pesan, semoga mendapat syahid dan diberi kemenangan. Pemuda yang berusia 23 tahun ini juga sangat mengagumi Syeikh Usamah bin Laden. Ayahnya bary bernama Abdel- Majed Abdel Bary adalah seorang letnan yang dahulu sempat berjuang pula dengan Syeikh Usamah bin Laden dan pernah tergabung dalam barisan mujahidin Inggris. Ayahnya bary diduga terkait pemboman kedutaan AS di Afrika Timur pada tahun 1998. Bary tinggal bersama ibunya di Maida Vale, London barat, rumah mewah Bary, jika dijual harganya berkisar 1 juta pounsterling. Rumah yang cukup megah, namun beliau harus tinggalkan demi berjuang menolong agama Allah. Bary berhenti dari dunia musik Rap, dan berangkat ke Suriah menyusul teman baiknya yang lebih dulu berangkat. Seorang juru bicara kepolisian Inggris mengatakan, “Kami sedang menyelidiki sejumlah individu yang diyakini telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk terlibat dalam konflik tetapi tidak dapat mengomentari kasus tertentu karena alasan operasional,” katanya. “kami juga akan mencegah para pemuda untuk tidak terlibat dalam perang Suriah,” lanjutnya. Meskipun dilarang, banyak para pemuda inggris yang terinspirasi untuk pergi Jihad ke Suriah. semoga Allah merahmati mereka, dan semoga Allah memberi satu kemenangan dari dua kemenangan, hidup diatas syariat Islam atau mati syahid. Aamiin sumber : al-mustaqbal.net -
Mohon Luangkan Waktu Baca Maklumat Ini! Setelah berapa tahun lamanya Sunni Irak ditindas oleh rezim PM Syiah Nuri al-Maliki, yang didukung milisi Syiah,kini pu...tera daerah Sunnia Irak (Asyair) mengangkat senjata menghadapi aparat-aparat dan milisi al-Maliki. 3 kota Irak : Anbar, Fallujah dan Ramadi menjadi pusat perlawanan putera daerah Sunni (Asyair). Asyair menguasai dua kota, Fallujah dan Ramadi. Namun, kebangkitan ini tercium oleh imperium Safawi Iran. Bantuan Militer susulan datang ke dua kota besar itu dalam 3 gelombang berjumlah 160 unit tank dan mobil militer untuk menggempur dua kota Sunni itu. Dalam penggempuran ini, Garda Revoolusi Iran Safawi pun ikut serta dalam menggemur Sunni Irak. Hasbunallah wa Ni'mal Wakil... Semoga Allah tolong saudara-saudara kami pejuang Sunni Irak. Dan Semoga Allah menghancurkan bala tentara thoghut Iran.Lihat Selengkapnya