Jumat, 03 Mei 2013


BUYA DIVE MENG-KONTER "GHAZWUL FIKR"
Oleh Komunitas Penyiar & Pendengar Siaran Radio
3 foto
G H O Z W U L . F.I.K.R.
{ perang pemikiran / perang ideology }
Seri : Buya Dive Meng-konter Ghozwul Fikr
(m.u.k.a.d.i.m.a.h.)
Bumi Allah, 3 Mei 2013.



Bismillaahirrohmaanirrohiim;
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh.


Sahabat KPPSR yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala…

Perang fisik memang bukan zamannya lagi, walau sebenarnya hal tersebut masih terjadi di beberapa negara di dunia, misal Israel dan Palestina. Perang fisik juga terlihat sangat nyata yang dapat memperoleh kecaman dari pihak lain. Kami yakin sangat banyak yang tidak sadar bahwa kita dalam masa berperang. Nyatanya perang ini lebih hebat dari perang fisik, yakni perang pemikiran (Ghazwul Fikr). Walau tidak menimbulkan kematian, tapi perang ini dapat mengeruk sebuah idealisme ataupun pedoman, sehingga masalah AKIDAH serta adat istadat pun berubah sejak perang ini dimulai.

A. Pengertian Ghazwul Fikr (Perang Pemikiran)

Secara bahasa, “Ghazwul” artinya serangan, serbuan atau invansi. Sedangkan “Fikr” adalah pemikiran. Jadi “ghazwul fikr” dapat diartikan sebagai serangan untuk mengubah pemikiran sehingga tidak sesuai lagi dengan pedoman awal (akidah Islam).


B. Perbandingan antara Perang Pemikiran dengan Perang Fisik (keuntungan sangat besar yang dapat di jangkau oleh Perang Pemikiran).

1. Biaya

Perang fisik p.a.s.t.i. membutuhkan beragam jenis persenjataan, hingga kecanggihan teknologi lain yang dapat mengiringinya. Dengan begini, tentu biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Sedangkan perang pemikiran, cukup hanya menggunakan beragam media yang ada di dunia ini.

2. Jangkauan

Perang fisik hanya memerangi suatu daerah saja, meski ia sebenarnya sedang berperang dengan sebuah negara. Sebab, bukankah pusat penyerangan itu hanya di beberapa daerah saja. Bandingkanlah dengan perang pemikiran, yang efektifitas perangnya akan menyerang setiap rumah di bumi ini selama ia tersentuh oleh beragam media yang ada di dunia ini.

3. Ruang Lingkup

Perang fisik hanya sanggup meruntuhkan sebuah pertahanan saja. Sedangkan perang pemikiran akan terus mendobarak hingga sendi-sendi kehidupan, seperti; bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, bahasa, hiburan, dan lain sebagainya.

4. Waktu

Perang fisik (oleh Karena sesuatu hal) akan berakhir pada waktu tertentu. Sedangkan perang pemikiran akan terus berlangsung selama kita hidup.

5. Dampak

Dampak dari perang fisik adalah perlawanan, lantas ada kalah ada yang menang. Sedangkan Perang pemikiran; adalah metodologi efektif yang sanggup mengubah pikiran (keimanan) seseorang sehingga mengikuti pemikiran si pengatur (penyesat/syaithon).

C. Sarana apa yang digunakan dalam perang pemikiran?

Jawaban mutlaknya adalah beragam media yang ada di dunia ini, seperti radio—televisi—koran—majalah—bioskop—internet—serta beragam tempat hiburan dan fasilitas umum yang di klaim sebagai bentuk k.e.m.o.d.e.r.n.a.n. Maka melalui beragam fasilitas tersebut, kaum Ka-Mu-Fasiq “bermain” untuk menyesatkan akidah umat Islam, yakni dengan jalan mencampur aduk antara haqq dengan bathil. Sehingga akhirnya umat Islam pun menoleransi bathil menjadi hal yang wajar, tetapi (justru) perkara haqq malah mereka singkirkan dan a.l.e.r.g.i. terhadapnya.

Sungguh dengan demikian beragam media yang ada di dunia ini sanggup membentuk/mengubah “mind set” mayoritas umat Islam yang lemah keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka selanjutnya m.e.d.i.a. pun menyulap aurat wanita menjadi kesenian, maksiat menjadi hak azazi sekaligus hiburan, fitnah menjadi penerangan, manusia menjadi berhala, derita menjadi berita, serta beragam kesesatan lainnya. Sungguh mengerikan…!!

Akibat Ghazwul Fikr, pemikiran sebagian besar orang pun berubah. Mereka menganggap aneka upaya penyesatan akidah itu, hanya sebagai (sekadar) seni belaka. Murni tidak ada maksud, tidak ada tujuan, hanya sebatas seni..!? Lantas mereka meng-klaim hak untuk berekspresi, yang b.e.b.a.s. dimiliki oleh semua orang. Segala sesuatunya sah-sah saja dilakukan, sehingga H.A.M. pun menjadi pembelaan. Astaghfirullaah, na’udzubillah tsumma na’udzubillaah…

Ketahuilah wahai diri yang TERTIPU; bahwa suatu k.e.b.u.r.u.k.a.n. akan t.e.t.a.p. b.u.r.u.k., sehingga ia tidak boleh relatif mengikuti perspektif seseorang. Maka jangan sampai sesuatu yang buruk, lantas kita anggap menjadi biasa atau baik. Sebab yakinlah, bahwa “Ghazwul Fikr” akan mampu melakukan hal tersebut. Jadi berhati-hatilah..!!

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman; “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti MILLAH mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya j.i.k.a. kamu m.e.n.g.i.k.u.t.i. kemauan m.e.r.e.k.a. setelah pengetahuan datang kepadamu, maka ALLAH t.i.d.a.k. l.a.g.i. m.e.n.j.a.d.i. p.e.l.i.n.d.u.n.g. dan p.e.n.o.l.o.n.g. b.a.g.i.m.u.” (Qs. al-Baqarah {2}:120).

{ M I L L A H = Pola Pikir—Ideologi—Kecenderungan—dan atau Budaya } Subhanallaah, Mahasuci Allah dengan segala ketetapan-Nya…