Senin, 31 Maret 2014

Assalammualaikum wr wb
Secara sederhana inilah laporan Uang masuk dalam rangka TABLIQ AKBAR di masjid Agung Bukittinggi,   untuk FMM .....................  3.257.000
                      untuk Muallaf mentawai    2.022.000
sumbangan dari masyarakat ............        3.417.000
                     TOTAL....................           8.696.000


Dan telah diserahkan kepada FMM padang  3.000.000
                                   untuk mentawai           2.022.000

Senin, 24 Maret 2014

Sekolah Hancurkan Karakter Siswa, Mungkinkah?
Minggu, 23 Maret 2014, 11:01 WIB
Komentar : 1
doc pribadi
Asep Sapa’at
Asep Sapa’at
REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah kajiannya, Mochtar Buchori (2006) menyatakan ada tiga tugas kehidupan yang harus dipersiapkan pendidikan untuk para peserta didik. Pertama, agar peserta didik bisa menghidupi diri sendiri. Kedua, agar peserta didik dapat mengembangkan kehidupan yang bermakna. Ketiga, ini yang jarang diungkap, untuk memuliakan kehidupan.

Sekolah sebagai institusi penebar nilai kehidupan dalam ruang lingkup pendidikan formal, tentu punya amanah untuk mengantarkan peserta didik sukses dan hidup bermakna di masa depan. Untuk tujuan pertama, ternyata tak semua sekolah bisa menyiapkan peserta didik untuk menghidupi diri sendiri. Bila sarjana saja tak siap pakai, bagaimana lagi dengan hanya lulusan SMA dan jenjang pendidikan lebih rendah dari itu. Sampai hari ini sekolah masih terlalu sibuk dengan fungsinya yaitu transfer pengetahuan yang ternyata kebanyakan cuma wacana. Pengetahuan yang sekadar wacana, sulit bisa dijadikan alat mencari nafkah untuk menghidupi diri sendiri. Sebabnya jelas itu bukan keterampilan.

Tujuan kedua yaitu mengembangkan kehidupan yang bermakna, ini bicara kebaikan dalam wilayah karakter. Inilah yang tak banyak dibahas di sekolah. Kita tak pernah membicarakan soal makna hidup. Yang kerap diperbincangkan ialah soal kesuksesan hidup. Titik persoalannya, apakah setiap kesuksesan selalu mengantar kita ke kehidupan yang bermakna?

Menjadi presiden, menteri, anggota legislatif, pengusaha, profesor, misalnya, kita pandang sebagai suatu kesuksesan. Tetapi, apakah setiap kehidupan presiden, menteri, anggota legislatif merupakan kehidupan bermakna? Apakah setiap kehidupan pengusaha dan profesor yang mewakili simbol kelompok orang kaya dan orang pintar selalu merupakan kehidupan yang bermakna?

Bicara kehidupan bermakna, maka kita bicara soal pengenalan jati diri. Naifnya, kadang materi kurikulum sekolah yang bejibun menyita seluruh waktu dan energi anak, sehingga anak tak sempat diajak berpikir, siapa sebenarnya dia, dan apa hal-hal baik yang seharusnya dilakukan dalam hidup.

Inilah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi siswa. Pak Mochtar Buchori dengan tegas menyebut fenomena ini sebagai suatu dosa pendidikan yang sulit dimaafkan. Dan kekeliruan ini cenderung disepelekan oleh sekolah-sekolah kita.

Soal yang lain lagi adalah, sekolah yang mana sungguh-sungguh mendidik siswa untuk memahami 'kemuliaan hidup'? Memahami 'kemuliaan hidup' ini bukan perkara mudah. Ini bicara nilai kehidupan. Nilai kehidupan bisa dilesakkan pada diri siswa lewat praktik mendidik bukan mengajar an sich.

Philip H. Phenik (Columbia University, 1964) menyatakan, pengetahuan yang tak bermakna tak ada gunanya, dan hanya menjadi beban hidup. Maka, dalam kehidupan terdapat enam jenis wilayah makna, yaitu symbolics, empirics, esthetics, synnoetics, ethics, serta synoptics.

Untuk memahami makna di wilayah symbolics, siswa harus diberikan pendidikan dalam bahasa dan matematika. Pendidikan tentang lingkungan fisik (fisika, kimia, biologi, dsb) bisa membantu siswa memahami berbagai makna di wilayah empirics.

Untuk memberikan kemampuan memahami makna di wilayah esthetics, biasanya diajarkan seni suara, sastra, visual arts, dan seni gerak. Drama dan pembahasan film atau jenis cerita lain perlu diajarkan untuk memahami makna di wilayah synnoetics. Pelajaran sejarah, filsafat, dan agama perlu diajarkan untuk memahami makna di wilayah synoptics. Terakhir, untuk dapat memahami makna di wilayah ethics, perlu ditanamkan kesadaran dan kesediaan mematuhi norma yang berlaku.

Maka, sadarkah kita jika selama ini ada kecenderungan sekolah-sekolah mengabaikan esthetics, synnoetics, dan esthetics dalam praktik pembelajaran di ruang-ruang kelas. Wajar jika sekolah hanya jadi ajang pameran kecerdasan 'orang-orang pintar' secara akademik saja. Tapi, kurang mengapresiasi para siswa yang telah berusaha menunjukkan karakter (Misal, jujur, disiplin, tanggung jawab, dsb) dalam keseharian mereka. Bukti nyata sekolah tak mampu jadi ruang berperistiwa praktik pendidikan karakter yang sesungguhnya.

Dulu ada pendidikan budi pekerti. Sekarang, pendidikan budi pekerti telah lama hilang atau kalaupun ada hanya sekadar tempelan saja, bukan pelajaran inti. Wajar jika anak-anak kita sekarang kebanyakan tak paham apa itu budi pekerti. Padahal pendidikan budi pekerti amat penting.

Latihan budi pekerti merupakan salah satu metode menanam karakter. Tanpa pendidikan budi pekerti, juga pelajaran agama yang cuma beberapa jam per minggu, perilaku anak-anak berkembang tanpa pembinaan. Tanpa pembinaan, perilaku anak-anak lebih didominasi tabiat. Perilaku buruk yang tak usah dididik, otomatis berkembang dengan sendirinya. Sejatinya, di sinilah peran penting sekolah dalam membina karakter anak-anak kita. 

Ujungnya, ketika ujian berlangsung di sekolah-sekolah di Indonesia, hampir tak pernah tanpa kecurangan. Sebelum pada siswa, tanyakan pada diri sendiri, pernahkah kita mencontek saat ujian atau ulangan? Jika tidak, berapa persen yang tak pernah curang? Karena kekeliruan ini dianggap kebiasaan, maka bahayanya hal ini dijadikan kebenaran. Maka, mencontek bagi siswa di Indonesia sudah jadi tradisi, "enggak nyontek, enggak gaul" katanya. Yang tak mau memberi contekan ke temannya, bisa-bisa malah dikucilkan.

Soal ujian bocor, sudah jadi tradisi sekolah di Indonesia karena terjadi mungkin sudah sejak tahun 70-an hingga kini. Soal 'joki soal' masuk PTN, terus terjadi dari tahun 80-an juga hingga kini. Soal ujian diulang lagi dan berulang terus di beberapa daerah. Hingga para pembuat soal, para pekerja percetakan, dan pihak-pihak terkait telah disumpah untuk tak bocorkan dokumen ujian. Namun tetap bocor juga.

Dulu hingga akhir tahun 70-an, sekolah yang ujiannya bocor terasa hina sekali. Sekarang ujian bocor dianggap lumrah. Mencontek telah jadi tradisi. Kini ujian bocor pun telah jadi kultur baru. Entah apa masih berlaku pepatah 'guru kencing berdiri, murid kencing berlari'.

Memang pasti tetap ada guru yang melarang siswa mencontek. Tapi berapa banyak guru yang tak rela terhina profesi pendidiknya. Hanya mungkin karena kasihan pada murid, guru yang idealis pun akhirnya pura-pura tak tahu. Berat tidak berat, akhirnya diam dan membiarkan murid mencontek. Atau karena khawatir nama sekolah jadi buruk, anak-anak bukan lagi hanya dibiarkan mencontek bahkan diberi jawaban. Bukan hanya satu, tapi mungkin juga hampir semua jawaban.

Atau yang terjadi adalah pengawasan formalitas. Saat pengawas ujian dari luar sekolah datang, tak ada satu pun siswa mencontek. Suasana jadi hening dan terasa amat menegangkan. Tetapi begitu pengawas pergi, suasana hiruk pikuk dan aksi saling mencontek kembali terjadi. Guru hanya bisa tersenyum meski mungkin hatinya terasa galau.

Inilah kecurangan demi kecurangan yang mungkin telah dilatih sejak SD, sadar atau tanpa sadar. Sifat buruk mencontek telah dianggap lumrah. Yang meresahkan justru ini dimulai dari pendidikan dasar. Tabiat buruk dibiarkan bahkan dilatih. Yang diam-diam disadari atau tak akan berpengaruh jadi perilaku. Begitu dalam kondisi kritis dan genting, apapun akan dilakukan. Begitu ada kesempatan untuk meraih sesuatu, segala cara dihalalkan. Ini baru bicara soal nilai kejujuran, bagaimana dengan penerapan nilai-nilai karakter lain di sekolah-sekolah kita?

Inilah yang terus terjadi. Banyak sekolah mengajarkan pengetahuan dan keterampilan. Argumentasinya sederhana, dua hal ini mudah dihitung dan diukur tingkat pencapaiannya. Tapi tanpa karakter, apakah kebermaknaan dan kemuliaan hidup bisa dirasakan anak-anak kita?

Albert Einstein sudah mengingatkan, "Tidak semua yang dapat dihitung berharga. Dan tak semua yang berharga dapat dihitung". Karakter, hal berharga yang tak mudah dihitung. Justru di sanalah tantangan bagi sekolah untuk merancang program pendidikan yang fokus untuk membiasakan penerapan nilai-nilai baik dan meniscayakan terjadinya proses peneladanan dari guru-guru di sekolah.

Hanya karakterlah yang mampu mengantar anak-anak kita menemukan kebermaknaan hidup dan memuliakan kehidupan karena kehadiran mereka kelak tak jadi beban bagi masyarakat, justru memberikan efek kebermanfaatan untuk masyarakat. Jika hari ini sekolah hanya merasa bangga karena punya anak-anaknya yang punya kecerdasan semata tapi tak membina perilakunya, segeralah bertobat dan benahi sistem yang sudah ada.

Punya anak pintar itu baru satu hal. Yang penting, apakah kepintaran itu diraih melalui penerapan sifat baik atau sifat buruk. Membiarkan sifat buruk jadi keseharian di lingkungan sekolah, tak ada pembiasaan sifat baik, dan hilangnya figur teladan dari para guru, alih-alih sekolah jadi institusi berkarakter yang penuh wibawa, justru sekolah bisa jadi lembaga paling efektif dan efisien dalam merusak moral dan mental anak didik. Moral dan mental anak Indonesia tercinta.

Inti pendidikan karakter, yaitu butuh proses panjang, tak instan, dan tak pernah selesai. Tugas sekolah makin tak mudah karena mungkin saja pendidikan karakter tak tersemai di keluarga dan masyarakat.

Ketika karakter terpuruk, hal-hal benar disalahkan, hal-hal salah dibenarkan. Demi lahirnya generasi Indonesia yang paham makna hidup dan mampu memuliakan kehidupan,  sekolah harus mulai menerapkan konsepsi pendidikan kompetensi berbasis karakter, bukan pendidikan berbasis kompetensi. Dan inilah perjuangan sekolah yang sesungguhnya di hari ini. Selamat berjuang.

Asep Sapa’at
Pemerhati Karakter Guru-Character Building Indonesia

Wahai Umat Islam ................!!!!!!!!  UMAT ISLAM telah diberlakukan seperti binatang..     

Bila umat Islam  minoritas .................... 

Pembantaian Muslim Afrika, Muslim Indonesia Harus Menangkan Pemilu! 
By: Nandang Burhanudin 
**** 

Isunya menebar kasih. Propagandanya mengajak pada cinta. Namun pada kenyataannya, ajaran Kristen yang telah lama disesatkan Yahudi ini, lebih sering mengajarkan kebencian bahkan pembantaian. Korbannya, siapa lagi kalau bukan kaum muslimin. 

Seakan memanfaatkan kondisi umat Islam yang tengah lemah tak berdaya, semua bangsa dari kulit putih hingga kulit hitam, dari mata biru hingga mata sipit, seakan tak kenal lelah membunuhi umat Islam satu persatu. Mereka tahu, Mesir yang akan menjadi embrio khilafah dengan kebangkitan Ikhwanul Muslimin, sekarang telah punah setelah agen-agen Freemasonry Internasional dan anggota Zionis menguasai Mesir kembali. Saudi, Negara-negara Teluk, Malasyia, Indonesia sibuk dengan agenda-agenda korupsi. Di sisi lain, umat Islam di negeri-negeri damai dicekoki ajaran toleransi, HAM, namun umat Islam dibiarkan tidak boleh berkuasa. 

Tengoklah tragedi pembantaian muslim Afrika. Di tengah hari cinta kasih yang mereka propagandakan, setelah direstui pihak gereja dan diizinkan militer serta kepolisian Afrika Tengah, kaum Kristen membunuhi satu persatu umat Islam. Pertanyaannya, apa gerangan yang akan terjadi jika ada seorang Kristen mati oleh seorang muslim? Dunia akan heboh! Gereja akan mendentingkan lonceng-lonceng emergensi. AS-Eropa akan menyerang secara militer, bahkan paling minimal melakukan embargo. 

Di titik ini, saya kebingungan bila masih ada da'i yang mempermasalahkan Pemilu demokrasi, apalagi mengajak umat untuk Golput dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada non Islam. Alasannya, partai-partai Islam (PBB-PKS-PPP) memiliki caleg non Islam, lalu percuma umat memilih juga. Suatu pemahaman yang absurd dan tidak mendasarkan pada kajian realitas (fiqh waqi'). Memang ada caleg non Islam dalam tubuh partai Islam, namun mereka tunduk pada kebijakan partai Islam. Lain halnya dengan partai-partai yang jelas sekuler. Mereka sangat dominan bahkan menjadi pengurus teras dan donatur partai-partai. 

Saya yakin berdasarkan Al-Qur'an surat Al-Baqarah 120, pembantaian umat Islam di Indonesia oleh minoritas Syi'ah-Ahmadiyah-Kristen tinggal menunggu waktu. Saat umat Islam tak lagi berdaya, dan kekuasaan ekonomi-sosial-politik dikuasai penguasa Non Islam cs. Maka umat Islam siap-siap digorok, dibakar, dikubur hidup-hidup. Semua asset akan disita dan direbut. Saat itu, kita akan mengungsi kemana? Maka Pemilu 2014, umat Islam harus bangkit. Pilih partai Islam (PKS-PBB-PPP). Bila ada yang salah, awasi dan ingatkan bersama-sama. Jangan hanya marah-marah di belakang. Lalu putus asa dan mengajak umat Islam untuk Golput!

atau dipimpin oleh non muslim

Hendaklah umat Islam mengambil pelajaran  dari berbagai peristiwa yang terjadi di belahan
Bumi ini, di Afrika  Umat Islam dibantai dengan biadab, di Rohingya , di Thailand, di philipina, di cina, di Bosnia, di POSO Maluku Indonesia, dan banyak tempat lainnya..........   Pembunuhan akan terulang dan terulang lagi bila kita tidak mau belajar dari apa yang telah terjadi kepada umat ini
Apakah harus menunggu sampai terjadi kepada keluarga kita baru tersadar.....????  
disaat itu tidak ada gunanya lagi menyesal... mari kita menyadari nya hari ini . kembalilah kepada petuntuk Allah ..    

Ingatlah akan firman Allah  "Mereka tidak henti hentinya memerangi kamu sampai mereka
          mengembalikan  (memurtadkan) kamu dari agamamu, kalau sekiranya mereka mampu"
          (Albaqarah 217)

Allah telah memperingatkan kita umat Islam agar SELALU WASPADA  terhadap mereka
          " Orang orang yahudi dan nasrani takkan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
             agama mereka" (Albaqarah 120)

bagi umat Islam , Jangan pernah menjadikan pemimpinmu orang orang kafir . inilah petunjuk Allah (Annisa 144)
Ingatlah wahai saudaraku... bila umat Islam tidak saling melindungi akan terjadi kekacauan dan kerusakan yang besar dimuka bumi (Al Anfal 73)     



Al-Qur'an Surah Al-Imran, ayat 28, itu :
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apapun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa) Nya dan hanya kepada Allah tempat kembali”.

Kamis, 20 Maret 2014

PKS< ISTRI Fathanah...
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Ada yang berbeda dari penampilan Istri Ahmad Fathanah, Sefty Sanustika hari ini di KPK, Kamis (20/3/2014).
Setelah lama tak muncul, tiba tiba Sefty datang dengan tak menggunakan jilbabnya.
Sefty sendiri ditanyai wartawan mengaku melepas hijabnya bukan karena tuntutan pekerjaan sebagai penyanyi dangdut.
"Enggak ada tuntutan kerjaan, lagi mau cari ketenangan saja," kata Sefty usai menjenguk Fathanah di Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta.
Selain itu, Sefty juga membantah keputusannya untuk membuka jilbabnya karena ingin terlihat seksi di atas panggung. "Enggak, bukan karena itu," ujarnya.
Menurut Septy, Fathanah tak keberatan dengan langkahnya. Justru terang Sefty, Suaminya mendukung hal demikian.
"Bapak mendukung penuh, enggak protes sama sekali. Selama yang saya lakukan bukan hal negatif," imbuhnya.
ANAK SHOLEH


Punya anak banyak, kalau begini smua Saya setuju,,,,,



UU Desa ‘Bubarkan’ Nagari PDF Cetak Surel
Jumat, 20 Desember 2013 01:41
LKAAM KECEWA DENGAN PEMERINTAH PUSAT
Pengesahan UU Desa oleh DPR RI berbuntut panjang. LKAAM Sumbar menilai, pengesahan UU Desa melemahkan eksistensi nagari di Sumatera Barat. Saking kecewanya, LKAAM bahkan meminta Sumbar berpisah dari NKRI.
PADANG, HALUAN — Lem­baga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar kecewa kepada DPR RI yang mengesahkan RUU Desa, yang diusulkan pemerintah pusat, Rabu (18/12) lalu.
Pemangku adat di Minang­kabau ini sudah menolak RUU tersebut sejak dirancang 7 tahun yang lalu. LKAAM menolak karena UU Desa dinilai mele­mahkan eksistensi nagari di Sumbar sebagai satu kesatuan adat, budaya dan sosial ekonomi.
Saking kecewanya, LKAAM bahkan meminta Sumbar dipi­sahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena merasa pemerintah pusat tidak menghargai eksistensi nagari di Sumbar.
Pernyataan itu disampaikan Ketua LKAAM Sumbar, Sayuti Datuak Rajo Pangulu saat jumpa pers dengan awak media, di kantor LKAAM Sumbar di jalan Diponegoro, Kamis (19/12).
“Hari ini adalah hari yang menyedihkan bagi kami setelah membaca berita di koran nasional bahwa UU Desa disahkan oleh DPR. Telah 11 tahun Sumbar kembali ke nagari, terhitung sejak tahun 2000 yang lalu. Masyarakat Sumbar menyambut baik dan senang akan hal itu. Namun sekarang kesenangan itu diusik oleh pemerintah pusat dengan memaksakan nagari di Sumatera Barat menjadi desa,” kata Sayuti mengungkapkan kekecewaannya.
Menurutnya, konsep desa tidak cocok diaplikasikan di Sumbar. Karena sejak berabad-abad lalu Sumbar menggunakan konsep nagari, yang menghimpun masya­rakat hukum adat ber­dasar­kan filosofi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Ia meminta pemerintah pusat untuk tidak memaksakan konsep desa yang dipakai oleh Jawa, Madura dan Bali, terhadap Sumbar. Kalau tetap dipaksakan, pemerintah pusat berarti telah mengangkangi UUD 1945 yang menghargai keragaman, dan telah mengobrak-abrik keutuhan NKRI.
“Pemerintah pusat harap menyadari, Sumbar bukan Jawa. Dengan diusulkannya UU Desa, berarti pemerintah pusat me­ngang­gap bahwa NKRI hanya dan harus seragam dengan daerah seperti Jawa, Bali dan Madura yang memakai konsep desa. Kalau begitu, lepaskan saja Sumbar dari NKRI,” tegas Sayuti.
Ia menuturkan, wilayah istimewa di Indonesia sejak dulu adalah Aceh, Yogyakarta, dan Sumbar. Pihaknya menuntut nagari di Minangkabau diisti­mewakan seperti Aceh dan Yogyakarta. Kalau tidak bisa, minimal diberikan pengakuan keistimewaan dan tidak diutak-atik menjalankan nagari dengan hukum adat Minangkabau.
Sementara itu, Dewan Pertim­bangan LKAAM Sumbar, Hasan Basri mengatakan, pemerintah Belanda ketika zaman penjajahan dulu mengakui konsep nagari di Sumbar. Belanda membiarkan daerah di luar Jawa mengonsep sistem pemerintahan daerah sesuai adat masing-masing. Dengan disahkannya RUU Desa, ia menilai pemerintah pusat lebih menjajah Sumbar ketimbang  Belanda.
“Di zaman Orde Baru, Men­teri Amir Mahmud mengakui kebera­daan nagari di Minang­kabau. Ketika itu, konsep desa dan nagari berjalan bersama. Seka­rang, pemerintah pusat menyera­gamkan semuanya. Apakah konsep nagari tidak demokratis? Minangkabau sudah demokratis sebelum Eropa demokratis. Keputusan di Minangkabau diputuskan melalui musyawarah, bukan diputuskan oleh pemimpin. Untuk itu, kami mengharapkan hukum adat menjadi raja di negeri sendiri,” papar pamong senior dan mantan Bupati Solok tahun 70-an tersebut.
Menurutnya, UU Desa terse­but mengancam jabatan walina­gari yang berjumlah 765 yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat tersebut. Walina­gari adalah niniak mamak di sebuah nagari. Jika walinagari digantikan oleh kepala desa, apa fungsi niniak mamak di sebuah nagari yang merupakan wilayah hukum adat?
Dengan disahkannya UU Desa, LKAAM Sumbar akan meminta yudisial review ke Mahkamah Konstitusi. LKAAM juga akan meminta suaka kepada PBB yang melindungi demokrasi, HAM dan kearifan lokal sebuah daerah.
“Kami meminta gubernur, walikota dan bupati untuk satu suara menolak UU Desa. Kalau tidak, LKAAM akan memboikot semua proyek di Sumbar yang menggunakan tanah ulayat,” imbuh Sayuti.
Selain anggota pengurus LKAAM dan Bundo Kanduang, jumpa pers tersebut juga dihadiri 3 pengurus Majelis Adat Aceh (MAA). Zainudin, salah seorang pengurus MAA mengatakan, pihaknya mendukung penolakan LKAAM Sumbar terhadap UU Desa. “Sebagai masyarakat Aceh yang tinggal di Sumbar, kami mendukung LKAAM menolak UU Desa. Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung,” tuturnya. Alasan penolakannya sama dengan yang dituturkan Sayuti.
Sementara itu, Ketua MAA pusat, Badruzzaman saat dihu­bungi Haluan, menghormati keputusan LKAAM Sumbar yang menolak UU Desa. Menurutnya, LKAAM Sumbar wajar menolak karena sesuai UUD 1945 Aman­demen pertama-keempat yang berbunyi, dalam teritori negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagai­nya.
“Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Indonesia menghormati kedu­dukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut,” ungkapnya. (h/mg-dib
Seorang telegrafis yang menyiarkan PDRI di belantara Sumatera Barat ke seluruh dunia pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
Jayalah bangsaku, Jayalah Minangkabau penyelamat Proklamasi Kemerdekaan RI.

Dick Tamimi, Di Udara Dia Jaya!.

Oleh : R. Indra Pratama
Manusia sering mengidentikkan udara sebagai tempat yang melambangkan kebebasan. Keinginan untuk lepas dari represi dan kontrol mendorong imaji manusia begitu jauh untuk berjalan di udara, meninggalkan batasan-batasan yang terdapat di darat. Jika tidak percaya silahkan anda berandai bertanya pada Orville dan Wilbur Wright, atau kepada Guglielmo Marconi dan Alexander Graham Bell.
Jika merasa kesulitan berbahasa Inggris atau Italia, anda bisa berandai-andai pula menghubungi seorang Mohammad Sidik Tamimi atau akrab dipanggil Dick Tamimi. Pria kelahiran Karawang, 13 Februari 1922 yang memilih udara sebagai tempat eksistensi diri. Mulai dari radio amatir, menjadi penerbang, hingga memproduseri puluhan album musik Indonesia yang menjadi hits.
Dick-Tamimi-1951-bw
Sulung dari tujuh bersaudara pura-putri pasangan Mohamad Tamimi (asal Riau, keturunan Bugis Luwu) dan Maswarijet (masih merupakan kerabat dari H.Agus Salim, tokoh pergerakan) ini mungkin awalnya tidak membayangkan akan begitu sohor akan perannya di udara. Kehidupan masa kecilnya dilalui seperti kebanyakan anak keluarga yang beruntung lainnya masa itu, menempuh jalur ELS, MULO B, dan AMS B.  Masa sekolah dia habiskan di daerah Petojo, Jakarta Pusat.
Namun ketertarikannya pada suatu benda yang terdapat di rumah, membentuk sebuah lorong yang akan mengangkatnya ke dunia udara. Benda itu adalah sebuah radio elektronik. Dick remaja hobi mendengarkan, dan kemudian berani mengotak-atik radio elektronik tersebut, yang akhirnya pada tahun 1941 mengarahkannya untuk mengambil ujian masuk di Technische Hoogeschool Bandung jurusan elektro setelah menamatkan tiga tahun jenjang AMS . Hasil ujian ternyata menyatakan Mohammad Sidik Tamimi lulus dan berhak menjadi mahasiswa jurusan elektro.
Malang untuk Dick Tamimi, kedatangan tentara Jepang ke Hindia tahun 1942, termasuk ke Kota Bandung, merubah situasi dan kondisi belajar para mahasiswa. Jepang membubarkan organisasi-organisasi mahasiswa dan mengarahkan para pemuda kepada kegiatan-kegiatan dan organisasi-organisasi yang dimaksudkan sebagai pendukung gerakan fasisme seperti Seinendan-Keibondan (Barisan Pelopor) dan Pembela Tanah Air (PETA). Kegiatan-kegiatan seperti indoktrinasi politik serta pelatihan militer menjadi makanan sehari-hari para pemuda.
Dick Tamimi memilih untuk meninggalkan kampus dan kembali ke Jakarta. Ia membuka tempat reparasi radio yang ia namakan “Reparasi Toendjoek”  di daerah Menteng Raya. Ia pun sempat bekerja di kilang pengolahan minyak di Sungai Gerong, dekat Palembang , Sumatera Selatan, sebagai electric engineer, sebelum kembali mendirikan reparasi elektronik “Esta”.
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 23 Agustus 1945, pemerintah mengumumkan hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sehari sebelumnya, yang menyatakan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dick Tamimi yang saat itu berada di Tangerang, memutuskan bergabung dengan Batalyon Perhubungan (PHB) Siliwangi di Resimen IV Tangerang, dibawah pimpinan Letkol Singgih dengan pangkat Letnan Dua. Kemudian ia dipindah tugaskan ke PHB Siliwangi Pusat yang berkedudukan di Tasikmalaya dengan pangkat terakhir Letnan Satu.
SK-AURI-Komandemen-Sumatera
Tahun 1947,  Dick Tamimi “dipinjam” oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) –sekarang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU)- untuk ditempatkan di wilayah Sumatera, dibawah pimpinan Komandan Udara Halim Perdana Kusuma. Ia diplot untuk membantu Opsir Udara Dua Iswahyudi, dan kemuadian diberi kuasa mengambil alih peran Iswahyudi.
Kemudian Dick Tamimi, yang kini sudah berpangkat Letnan Penerbang, bersama Ferdy Salim, keponakan dari Haji Agus Salim, sekaligus kakak dari cendikiawan Emil Salim, dipercayakan untuk misi mencari dan menyelundupkan barang-barang militer seperti senjata, radio, dan juga kendaraan dari Singapura dan Bangkok, Thailand.
Salah satu misi terpenting adalah menjembatani pembelian pesawat pertama Republik Indonesia. Pada  1947, republik memang memiliki beberapa pesawat. Namun pesawat-pesawat itu merupakan hasil rampasan dan peninggalan penjajah, baik Jepang maupun Belanda. Pada September 1947 Wakil Presiden Mohammad Hatta menginstruksikan sebuah kebijakan ekonomi yang unik, yaitu mengumpulkan emas dari kerelaan pribadi warga Sumatera Barat untuk nantinya dibelikan pesawat terbang dan kebutuhan-kebutuhan militer lainnya.  Semua unsur-unsur tradisional Minangkabau dikerahkan untuk memobilisasi pengumpulan emas. Para ibu ramai-ramai mendatangi tempat-tempat yang ditentukan untuk menyerahkan perhiasan mereka secara sukarela.
Dalam tempo kurang dari dua bulan, telah terkumpul emas sekitar 14 sampai 15 kilogram. Dick Tamimi dan Ferdy Salim diberi tugas untuk mencari pesawat yang sesuai harga dan kapabilitasnya. Lewat perantara seorang broker asal Burma bernama H.Savage, Dick dihubungkan dengan seorang eks penerbang Royal Australian Air Force (RAF) pada Perang Dunia II bernama Paul Keegan. Paul hendak menjual sebuah Avro Anson miliknya. Paul akhirnya setuju menjual seharga 12 kilogram emas. Avro Anson itu pun diterbangkan ke Lapangan Gadut, Bukittinggi awal Desember 1947.
Tetapi untuk pembayaran Paul meminta pembayaran dilakukan di Songklha, Thailand. Makan Avro Anson pun diterbangkan lagi ke Thailand dengan penumpang Paul Keegan, seorang broker dari Singapura, Dick Tamimi, Is Yasin, Aboe Bakar Loebis (petugas bendahara pengumpulan emas) dan Halim Perdana Kusuma, yang ikut dengan maksud meminta bantuan dari angkatan udara Thailand.
Namun sesampainya di Thailand, tim diusir dengan tuduhan penyelundupan. Dick Tamimi beserta para anggota melarikan diri lewat jalan darat dengan rencana jalur Penang-Singapura-Bukittinggi. Sedangkan pesawat dilarikan oleh Halim Perdana Kusuma dan Iswahyudi. Namun baru satu jam mencapai Singapura,17 Desember 1947, tim darat dikejutkan dengan telegram yang menyebutkan Avro Anson yang dikemudikan Halim dan Iswahyudi jatuh di Pantai Selat Malaka, dekat Tanjung Hantu, Malaysia. Jenazah Halim diketemukan, sedangkan jenazah Iswahyudi tidak diketemukan hingga sekarang. Penyebab jatuhnya kapal pun masih misterius, apakah kecelakaan atau sabotase.
Anggota tim darat, termasuk Dick Tamimi pun tidak luput dari masalah. Aktivitas penyelundupan mereka membuat mereka dikenai status Persona non Grata dari pemerintah Inggris di Malaysia dan Singapura, yang menurut keterangan Allan Tamimi, putra Dick, berlaku 15 tahun, hingga tahun 1962. Namun akhirnya mereka berhasil kembali ke Bukittinggi.
Perjuangan “udara” Dick Tamimi rupanya tidak berakhir sampai saat itu. Saat keadaan darurat melanda republik menjelang Agresi Militer kedua, Mr.Sjafruddin Prawiranegara, pejabat Menteri Kemakmuran, membentuk (dengan inisiatif sendiri, karena sebenarnya beliau belum mendengar mandat dari Soekarno-Hatta mengenai pemerintahan darurat) Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera. Dick Tamimi menjadi salah satu kunci bertahannya pemerintahan darurat Mr.Sjafruddin. Saat wawancara dengan wartawan “Indonesia Raya”, Mr. Sjafruddin mengatakan bahwa “Kalau tidak ada Dick Tamimi, pemerintahan darurat tidak ada artinya”.
Letak keberhasilan terbesar Dick Tamimi pada masa itu ialah tercetusnya Resolusi PBB  yang memerintahkan gencatan senjata, terhadap Belanda di Indonesia. Dick Tamimi, dengan koneksi radio PK UDO yang ia kuasai, berhasil mempertahankan hubungan antara PDRI dengan Menteri Luar Negeri PDRI Mr.Maramis yang berkedudukan di New Delhi, India.
Belanda tak membiarkan begitu saja, para penggerak PDRI terus diburu. Mereka terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Termasuk juga Dick Tamimi beserta perangkat radio kesayangannya. PDRI sampai dijuluki Pemerintah Dalam Rimba Indonesia oleh mereka yang pro-Belanda karena rute pelarian mereka yang bagaikan pasukan gerilya. Mulai dari Halaban, Bangkinang, hingga Pekanbaru dijalani oleh rombongan ini. Tak selalu dengan mobil, kadang mereka harus menumpang rakit untuk berpindah.
Tapi dengan berani Sjafruddin membalas ejekan tersebut melalui pancaran radio ke seluruh dunia sebagai berikut :
Pemerintah kami biarpun dalam rimba, tetapi sah, karena masih di dalam daerah kekuasaan kami (Indonesia). Tetapi Belanda yang terang-terangan dalam undang-undang dasarnya menyatakan tidak sah mendirikan pemerintah atau memindahkannya ke luar daerah kekuasaanya, telah memindahkan kekuasaannya ke London, di waktu Nederland dikuasai Jerman tahun 1940. Pemerintahannya di Indonesia dipindahkan ke Australi. Lalu kenapa Belanda mencap PDRI yang masih di dalam daerahnya tidak sah?“.
Rombongan sempat mengalami penembakan di daerah Taluk. Tapi tetap berhasil melarikan diri ke arah Sungai Darah. Lalu perjalanan terpaksa dilanjutkan dengan berjalan kaki, tak kurang dari 40 kilometer sehari. Setelah berjalan melalui berbagai daerah, maka diputuskan bahwa pemerintahan darurat akan berkedudukan di suatu desa bernama Bidaralam. Disinilah kontak dengan New Delhi, dan juga Jawa, dilakukan, sehingga berita perjuangan PDRI tersebar luas secara internasional, dan peristiwa itu berhasil menguatkan tuntutan Indonesia, dengan dibantu wakil-wakil India di PBB, sehingga resolusi gencatan senjata bisa tembus dan diberlakukan.
Dick pensiun dari AURI tahun 1953 dengan jabatan terakhir Kepala Jawatan Perawatan Radio di Andir (Hussein Sastranegara) dengan pangkat kapten dan mengundurkan diri dari AURI pada tahun 1953 serta mendapat hak pensiun. Sebeumnya ia mendapat wing penerbang militernya pada tahun 1950.
Setelah pensiun, Dick Tamimi bersama Komodor Udara Suyoso Karsono mencoba membuka usaha penyuplai suku cadang pesawat terbang, namun usahanya itu tidak berjalan lancar. Dick pun mengisi waktu dengan menjadi sound engineer untuk studio rekaman Irama milik Suyoso, atau yang lebih dikenal sebagai Mas Yos. Disinilah ia menemukan “perjuangan udara” yang baru, dunia rekaman musik. Di studio garasi kecil itulah kecintaan Dick akan musik terasah.
Setelah puas menimba ilmu di Irama, Dick tahun 1956 akhirnya membentuk PT Dimita Moulding Industries yg dalam perjalanannya menjadi perusahaan piringan hitam dengan label Mesra Records dan Melody Records. Dimita sendiri merupakan gabungan dari para potongan nama para pendirinya, yaitu Di dari Dick Tamimi, Mi dari Soemitro, dan Ta dari Mohammad Tamimi (ayah Dick).
Tahun 1962 Dick merekam sekaligus menggarap album band bersaudara fenomenal Koes Bersaudara. Dick sendiri pernah menjadi soung engineer rekaman-rekaman Koes Bersaudara saat masih berformat duo di Irama. Long play (LP) Angin Laut menjadi awal kerjasama Koes Bersaudara dengan Dick Tamimi. Namun halangan mendera Koes Bersaudara saat mereka harus ditangkap dan dipenjara di Penjara Glodok karena tuduhan “antek nekolim” dengan membawakan lagu-lagu The Beatles di sebuah pesta. September 1965 Koes Bersaudara keluar penjara, saat itu tidak ada yang berani memodali mereka rekaman. Kondisi ekonomi dan politik sedang sulit, ditambah status mereka sebagai band residivis membuat posisi Koes Bersaudara ikut sulit. Namun hanya seorang Dick Tamimi yang berani menawarkan kontrak pada Tonny Koeswoyo dan adik-adiknya. Hasilnya adalah sebuah album ultra ngak-ngik-ngok berjudul To the So Called the Guilties, dengan lagu-lagu protes terkeras pada masa itu seperti “Poor Clown” dan “To the So Called the Guilties”.
Ketika Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan oleh Kasmuri, yang mengubah nama Koes Bersaudara menjadi Koes Plus, mereka tetap betah rekaman di Mesra, setidaknya hingga tahun 1972 dimana mereka yang telah merilis enam album plus satu album natal pindah ke perusahaan Remaco. Tidak hanya musik rock n roll, Mesra dan Melody juga merilis album dari berbagai genre musik, seperti album Gumarang Jang Terkenal yang eklektik dengan nuansa Sumatera Barat, beberapa album pop dari penyanyi Alfian, album debut Benyamin Sueb, hingga album Degung Sunda. Tapi album pop yang menjual seperti Koes Plus atau Pandjaitan Bersaudara (Panbers) tetap menjadi garapan utama.
Studio-Dimita-Mesra1
Dalam menggarap rekaman di Mesra dan Melody, Dick Tamimi terkenal dengan sikap perfeksionis yang ia terapkan kepada tata suara. Benny Pandjaitan, frontman band multihits Pandjaitan Bersaudara, pernah berkata dalam suatu forum, “Dia (Dick Tamimi) adalah seorang penerbang namun ahli dalam sound recording. Bayangkan saja waktu itu, echo-nya sebesar lemari, tapi dia bisa cari”.  “Cari sound saja itu setengah mati rasanya. Dick Tamimi cari sampai ketemu dan dia catat semua. Dick  Tamimi memang luar biasa. Kalau untuk urusan kuping, Pak Eugene (produser Remaco) masih kalah jauh”.
Allan Tamimi, putra Dick, mengenang ayahnya sebagai penyuka musik dan elektronik. “ Hampir semua peralatan elektroniknya pernah dimodifikasi oleh beliau, termasuk peralatan studio rekamannya”.
Hobi radio amatir Dick juga makin menggila. Dick yang sejak tahun 1950 sudah tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir Repoeblik Indonesia) dan memiliki saluran (YBØAC) dikenal sebagai pegiat radio yang memiliki alat-alat paling canggih, pada masa itu, di Indonesia. Salah seorang senior dunia radio amatir, H.K. Ardiwinata menulis dalam tulisannya yang berjudul “Pengalaman merakit Transceiver SSB”, bahwa perangkat  Homebrew SSB transmitter seperti yang dipakai Dick Tamimi pada dekade 1950-an hingga 1960-an merupakan barang berkualitas yang tidak bisa didapat di dalam negeri. Namun, Ardiwinata juga mengenang Dick Tamimi sebagai seorang yang tidak pelit membagi ilmu, terutama dalam hal kesabaran dan ketelitian, tentang radio amatir kepada junior-juniornya. Dick juga dikenang sebagai orang yang mampu membuat sendiri suku cadang untuk menambah kemampuan perangkat radionya.
IAR-1967-1968
Pada 9 Juli 1968, Organisasi Amatir Radio Indonesia, disingkat ORARI dibentuk atas dasar Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1967. Dick Tamimi menjadi salah satu anggota awal yang bergabung dengan cabang Jakarta organisasi tersebut.
Kondisi bisnis musik yang memburuk membuat Dick Tamimi menutup Dimita pada tahun 1976. Ia berkonsentrasi menjadi instruktur di beberapa sekolah penerbangan dan juga kembali intim dengan hobi radio amatir, termasuk dengan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia yang turut dibidaninya tahun 1968.  Tahun 1976 ia sempat mengikuti misi bantuan Operasi Seroja ke Timor Timur dan tertahan disana selama  sebulan untuk menerbangkan penerbangan VIP ke pelosok Timor Timur yang hanya bisa dijangkau oleh pesawat kecil sejenis Cessna atau Piper.
Untuk mempertahankan lisensi penerbang dan type rating beliau mengajar dibeberapa sekolah penerbangan seperti  Aero Club, Deraya, Jakarta Flying Club, dan Penerbad. Ia juga turut membidani Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Udara memang telah menjadi sahabat bagi aktualisasi diri bagi seorang Mohammad Sidik Tamimi. Namun pada akhirnya perjalanan udara pula yang merenggut nyawanya. Dalam sebuah perjalanan cross country ke Singapura , pada tanggal 16 Februari 1978, pesawat yang dikemudikannya jatuh di Padamaran, Ogan Komering Ulu, Palembang dan jenazahnya baru diketemukan tanggal 21 Februari. Ia meninggal dalam usia 56 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata sehari setelah jenazahnya diketemukan. Ia meninggalkan seorang istri, Ny.Roekmini Akmam, dan lima orang anak.
Mama-Fari-Mira-Papa-th-50an
Nama Dick Tamimi memang tidaklah menjadi pengetahuan umum kini, tapi kiprah hidupnya terlalu menarik untuk dilupakan. Kegigihan, ketelitian, dan kreativitas yang diterapkannya dalam setiap bidang yang ia tekuni bisa merupakan sesuatu yang inspiratif. Di udara dia jaya!.
Daftar Riwayat Hidup Dick Tamimi
Daftar Riwayat Hidup Dick Tamimi 1
Referensi
  1. Wawancara dengan Allan Tamimi.
  2. Dokumen Riwajat Hidup Dick Tamimi. Dokumentasi keluarga.
  3. Lisensi Stasiun Radio Amatir atas nama M.S. Tamimi. Dokumentasi keluarga.
  4. Surat Perintah AURI no.130/Ksu/Per/47 tanggal 6 Desember 1947. Berisi perintah bahwa Sidik Tamimi diperbantukan pada Opsir Udara II Iswahjudi
  5. Surat Kuasa no.138/C-1/K/47 tanggal 9 Desember 1947 (Angkatan Udara). Berisi perintah dari Komodor Muda Udara H.Perdanakoesoema kepada Sidik Tamimi untuk menggantikan posisi Iswahjudi yang sedang tugas luar.
  6. Benny Pandjaitan dalam diskusi It’s The Vinyl Countdown, Galeri Ruang Rupa Jakarta, Agustus 2011.
Roezy Hamdani Blog

Suku Minangkabau

 

 


 Jumlah populasi
kurang lebih 7 juta(2000

Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan
Sumatra Barat, Indonesia: 3.747.343.
Jabotabek, Indonesia: 636.000.
Riau, Indonesia: 534.854.
Jambi, Indonesia: 385.734.
Sumatera Utara, Indonesia: 306.550.
Kepulauan Riau, Indonesia: 111.463.
Bengkulu, Indonesia: 66.861.
Sumatera Selatan, Indonesia: 64.215.
Negeri Sembilan, Malaysia: 450.000.

Bahasa
bahasa Minang, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu.

Agama
Islam.

Kelompok etnis terdekat
Melayu.

Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang) adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal karena adatnya yang matrilineal, walau orang-orang Minang sangat kuat memeluk agama Islam. Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang berlandaskan Islam.
Suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura. Di seluruh Indonesia dan bahkan di mancanegara, masakan khas suku ini yang populer dengan sebutan masakan Padang, sangatlah digemari.
Minangkabau merupakan tempat berlangsungnya perang Paderi yang terjadi pada tahun 1804 - 1837. Kekalahan dalam perang tersebut menyebabkan suku ini berada dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Suku dalam Etnis Minangkabau

Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut. Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.
Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat suku dari dua lareh (laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:
• Suku Koto
• Suku Piliang
• Suku Bodi
• Suku Caniago

Dan dua kelarasan itu adalah :
1. Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan
2. Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang
Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:
• Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik[rujukan?]
• Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis[rujukan?]
Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama Lareh Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia nan Bamego-mego. Sekarang suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus dan sudah mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sulit untuk mencari persamaannya dengan suku induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:

• Suku Tanjung
• Suku Sikumbang
• Suku Sipisang
• Suku Bendang
• Suku Melayu (Minang)
• Suku Guci
• Suku Panai
• Suku Jambak
• Suku Kutianyie atau Suku Koto Anyie
• Suku Kampai
• Suku Payobada
• Suku Pitopang atau Suku Patopang
• Suku Mandailiang
• Suku Mandaliko
• Suku Sumagek
• Suku Dalimo
• Suku Simabua
• Suku Salo
• Suku Singkuang atau Suku Singkawang

Etimologi

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang (menang) dan kabau (kerbau). Nama itu berasal dari sebuah legenda. Konon pada abad ke-13, kerajaan Singasari melakukan ekspedisi ke Minangkabau. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat lokal mengusulkan untuk mengadu kerbau Minang dengan kerbau Jawa. Pasukan Majapahit menyetujui usul tersebut dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat Minang menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau itu mencari kerbau Jawa dan langsung mencabik-cabik perutnya, karena menyangka kerbau tersebut adalah induknya yang hendak menyusui. Kecemerlangan masyarakat Minang tersebutlah yang menjadi inspirasi nama Minangkabau.
Namun dari beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama Minangkabau sudah ada jauh sebelum peristiwa adu kerbau itu terjadi, dimana istilah yang lebih tepat sebelumnya adalah "Minangkabwa", "Minangakamwa", "Minangatamwan" dan "Phinangkabhu". Istilah Minangakamwa atau Minangkamba berarti Minang (sungai) Kembar yang merujuk pada dua sungai Kampar yaitu Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Sedangkan istilah Minangatamwan yang merujuk kepada Sungai Kampar memang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit dimana disitu disebutkan bahwa Pendiri Kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang melakukan migrasi massal dari hulu Sungai Kampar (Minangatamwan) yang terletak di sekitar daerah Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Asal Usul

Suku Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar atau Minangkamwa (Minangatamwan) hingga tiba di dataran tinggi Luhak nan Tigo (darek). Kemudian dari Luhak nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke daerah pesisir (pasisie) di pantai barat pulau Sumatera, yang terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di selatan.
Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.
Sosial Kemasyarakatan
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.
Minangkabau Perantauan
Jumlah Perantau


Rumah Gadang

Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk suku Minangkabau yang hidup di luar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Etos merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Dari hasil studi yang pernah dilakukan oleh Mohctar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971 jumlah itu meningkat menjadi 44 %.[2] Berdasarkan sensus tahun 2000, suku Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 3,7 juta jiwa.[3] Dengan perkiraan 7 juta orang Minang di seluruh dunia, berarti lebih dari separuh orang Minang berada di perantauan. Melihat data tersebut, maka terdapat perubahan cukup besar pada etos merantau orang Minangkabau dibanding suku lainnya di Indonesia. Sebab menurut sensus tahun 1930, perantau Minangkabau hanya sebesar 10,5% dibawah orang Bawean (35,9 %), Batak (14,3 %), dan Banjar (14,2 %).

Gelombang Rantau

Merantau pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Migrasi besar-besaran pertama terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatera hingga ke Negeri Sembilan, Malaysia. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang mendirikan koloni-koloni dagang, seperti di Meulaboh, Aceh tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutan Aneuk Jamee. Setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Sulawesi Selatan. Mereka menjadi pendukung kerajaan Gowa, sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi.[4] Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan Kesultanan Riau-Lingga.
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, migrasi besar-besaran terjadi pada tahun 1920, ketika perkebunan tembakau di Deli Serdang, Sumatera Timur mulai dibuka. Pada masa kemerdekaan, Minang perantauan banyak mendiami kota-kota besar di Jawa, terutama Jakarta. Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia.
Perantauan Intelektual
Pada akhir abad ke-18, banyak pelajar Minang yang merantau ke Mekkah untuk mendalami agama Islam, diantaranya Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. Setibanya di tanah air, mereka menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni, dan menjadi penyokong kuat gerakan Paderi di Minangkabau. Gelombang kedua perantauan ke Timur Tengah terjadi pada awal abad ke-20, yang dimotori oleh Abdul Karim Amrullah, Tahir Jalaluddin, dan Muhammad Jamil Jambek. Banyak perantau Minang yang menetap dan sukses di Mekkah, diantara mereka ialah Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang menjadi imam Mesjid Al-Haram
Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau juga banyak yang merantau ke Eropa. Mereka antara lain Abdoel Rivai, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Roestam Effendi, dan Nazir Pamuntjak. Intelektual lain, Tan Malaka, hidup mengembara di delapan negara Eropa dan Asia, membangun jaringan pergerakan kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropa sejak akhir abad ke-19, menjadi pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia.
Sebab Merantau
Faktor Budaya
Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum pria dalam hal ini cukup kecil. Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim merantau. Tidak hanya karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan.
Menurut Rudolf Mrazek, sosiolog Belanda, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau. Semangat untuk merubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Ka ratau madang dahulu, babuah babungo alun (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda.

Faktor Ekonomi

Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya alam yang dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat mereka hidup dapat menghidupi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan bersama, karena harus dibagi dengan beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Untuk kedatangan pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di rumah dunsanak yang dianggap sebagai induk semang. Para perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai pedagang kecil.


Orang Minangkabau dan Pencapaiannya

Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang.
Sejak dulu orang Minang telah merantau ke berbagai daerah di Jawa, Sulawesi, semenanjung Malaysia, Thailand, Brunei, hingga Philipina. Di tahun 1390, Raja Bagindo mendirikan Kesultanan Sulu di Philipina selatan. Pada abad ke-14 orang Minang melakukan migrasi ke Negeri Sembilan, Malaysia dan mengangkat raja untuk negeri baru tersebut dari kalangan mereka. Raja Melewar merupakan raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat pada tahun 1773. Di akhir abad ke-16, ulama Minangkabau Dato Ri Bandang dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesia timur dan mengislamkan kerajaan Gowa.
Kedatangan reformis Muslim yang menuntut ilmu di Kairo dan Mekkah mempengaruhi sistem pendidikan di Minangkabau. Sekolah Islam modern Sumatera Thawalib dan Diniyah Putri banyak melahirkan aktivis yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan, antara lain A.R Sutan Mansur, Siradjuddin Abbas, dan Djamaluddin Tamin.
Pada periode 1920 - 1960 banyak politisi Indonesia yang berpengaruh berasal dari Minangkabau. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri (Sutan Syahrir, Mohammad Hatta, Abdul Halim, Muhammad Natsir), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang sebagai presiden Republik Indonesia dibawah RIS (Assaat), seorang menjadi pimpinan parlemen (Chaerul Saleh), dan puluhan yang menjadi menteri, diantara yang cukup terkenal ialah Agus Salim dan Muhammad Yamin. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi Liberal parlemen Indonesia di dominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, Islamis, Nasionalis, Komunis dan Sosialis. Disamping menjabat gubernur Provinsi Sumatera Tengah/Sumatera Barat, orang Minangkabau juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah Datuk Djamin (Jawa Barat), Muhammad Djosan and Muhammad Padang (Maluku), Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuniang (Sulawesi Tengah), Adenan Kapau Gani (Sumatra Selatan), Djamin Datuk Bagindo (Jambi).

Penulis dan jurnalis Minang banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Mereka mengembangkan bahasa Indonesia melalui berbagai macam profesi dan bidang keahlian. Marah Rusli, Abdul Muis, Sutan Takdir Alisjahbana, Idrus, Hamka, dan A.A Navis sebagai penulis novel. Chairil Anwar dan Taufik Ismail lewat puisi, serta Abdul Rivai, Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar dan Ani Idrus sebagai jurnalis.
Di Indonesia dan Malaysia, disamping orang Tionghoa, orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah makan, perhotelan, pendidikan, dan rumah sakit. Abdul Latief dan Tunku Tan Sri Abdullah merupakan figur sukses pengusaha Minangkabau.
Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi, maupun artis. Diantara mereka ialah Usmar Ismail, Asrul Sani, Arizal, Ani Sumadi, Soekarno M. Noer, dan Dorce Gamalama.
Orang Minangkabau juga berkontribusi besar di Malaysia dan Singapura, antara lain Tuanku Abdul Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishak (presiden pertama Singapura), Zubir Said (komposer lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura), Rais Yatim, Tan Sri Abdul Samad Idris dan Adnan bin Saidi. Di negeri Belanda, Roestam Effendi yang mewakili Partai Komunis Belanda, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk sebagai anggota parlemen.

Pedagang Minangkabau

Pedagang Minangkabau merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal dari ranah Minangkabau. Disamping profesi dokter, guru, dan ulama, menjadi pedagang merupakan mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya profesi ini menjadi batu loncatan bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.

Sejarah

Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah menjejakan kakinya sejak abad ke-7. Mereka menjadi pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai timur Sumatra. Pedagang Minang banyak menjual hasil bumi seperti lada, yang mereka bawa dari pedalaman Minangkabau ke Selat Malaka melalui sungai-sungai besar seperti Kampar, Indragiri, dan Batang Hari. Sejak kemunculan Kerajaan Sriwijaya, banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan. Di sepanjang pantai barat Sumatra, para pedagang ini membuka pos-pos perdagangannya di kota-kota utama dari Aceh hingga Bengkulu, seperti Meulaboh, Barus, Tiku, Pariaman, Padang, dan Bengkulu. Peranan pedagang Minangkabau mulai menurun sejak dikuasainya pantai barat Sumatra oleh Kesultanan Aceh.
Munculnya kaum Paderi di Sumatera Barat pada akhir abad ke-18, merupakan kebangkitan kembali pedagang Minangkabau yang dirintis oleh para ulama Wahabi. Pedagang ini kembali mendapatkan ancaman dari Kolonial Hindia Belanda sejak dibukanya pos perdagangan Belanda di Padang. Perang Paderi yang berlangsung selama 30 tahun lebih telah meluluhlantakan perdagangan Minangkabau sekaligus penguasaan wilayah ini dibawah kolonial Hindia-Belanda.
Di tahun 1950-an, banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnis diantaranya Hasyim Ning, Rahman Tamin, Agus Musin Dasaad, dan Sidi Tando. Pada masa Orde Baru, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pedagang Tionghoa sangat merugikan pedagang Minangkabau. Kesulitan berusaha dialami oleh pedagang Minang pada saat itu, terutama masalah pinjaman modal di bank serta pengurusan ijin usaha.
Jenis usaha
Restoran

Usaha rumah makan merupakan jenis usaha yang banyak digeluti oleh pedagang Minang. Jaringan restoran Minang atau yang biasa dikenal dengan restoran Padang tersebar ke seluruh kota-kota di Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Disamping itu terdapat juga usaha restoran yang memiliki ciri khas dan merek dagang yang dijalani oleh pedagang dari daerah tertentu. Pedagang asal Kapau, Agam biasanya menjual nasi ramas yang dikenal dengan Nasi Kapau. Pedagang Pariaman banyak yang menjual Sate Padang. Sedangkan pedagang asal Kubang, Lima Puluh Kota menjadi penjual martabak, dengan merek dagangnya Martabak Kubang. Restoran Sederhana yang dirintis oleh Bustamam menjadi jaringan restoran Padang terbesar dengan lebih dari 60 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Malaysia, Restoran Sari Ratu yang didirikan oleh Junaidi bin Jaba, salah satu restoran Padang yang sukses.
Tekstil
Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang menggeluti perdagangan tekstil. Di Jakarta, pedagang Minangkabau mendominasi pusat-pusat perdagangan tradisional, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Blok M, Pasar Jatinegara, dan Pasar Bendungan Hilir. Dominansi pedagang tekstil Minangkabau juga terjadi di Medan dan Pekan Baru. Jika di Medan pedagang Minangkabau mendominasi Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka dominan di Pasar Pusat dan Pasar Bawah. Di Surabaya, pedagang tekstil asal Minang banyak dijumpai di Pasar Turi.
Kerajinan
Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini banyak yang menggeluti kerajinan perak, emas, dan sepatu. Kebanyakan dari mereka berasal dari Silungkang, Sawahlunto dan Pandai Sikek, Tanah Datar.
Disamping juga banyak yang menggeluti usaha jual-beli barang-barang antik, dimana usaha ini biasanya digeluti oleh pedagang asal Sungai Puar, Agam. Pedagang barang antik Minangkabau banyak ditemui di Cikini, Jakarta Pusat dan Ciputat, Tangerang Selatan
Percetakan
Bisnis percetakan merupakan jenis usaha yang banyak dijalankan oleh pedagang Minang. Usaha percetakan yang mereka jalani meliputi percetakan undangan dan buku. Bahkan dari usaha percetakan ini berkembang menjadi usaha penerbitan buku dan toko buku. Usaha percetakan banyak digeluti oleh pedagang asal Sulit Air, Solok. Salah satu tokoh sukses yang menggeluti bisnis percetakan ini ialah H.M Arbie yang berbasis di kota Medan.
Hotel dan Travel
Bisnis pariwisata terutama jaringan perhotelan dan travel juga banyak digeluti oleh pengusaha Minangkabau. Di Jakarta, jaringan Hotel Grand Menteng merupakan jaringan bisnis hotel terbesar milik orang Minang. Di Pekan Baru, disamping Best Western Hotel milik Basrizal Koto, ada Hotel Pangeran yang dimiliki oleh Sutan Pangeran. Bisnis travel di geluti oleh pengusaha asal Payakumbuh, Rahimi Sutan di bawah bendera Natrabu Tour.
Pendidikan
Bisnis pendidikan juga menjadi pilihan bagi orang Minang. Usaha ini biasanya digeluti oleh para pendidik yang pada mulanya bekerja pada sekolah negeri atau swasta. Dari pengalaman tersebut, mereka bisa mengembangkan sekolah, universitas, atau tempat kursus sendiri yang akhirnya berkembang secara profesional. Di Jakarta, setidaknya terdapat tiga universitas milik orang Minang, yaitu Universitas Jayabaya, Universitas Persada Indonesia YAI, dan Universitas Borobudur.
Media
Bakat menulis dan ilmu jurnalistik yang dimiliki oleh orang Minang, telah melahirkan beberapa perusahaan media besar di Indonesia. Antara lain ialah koran Oetoesan Melajoe yang didirikan oleh Sutan Maharaja pada tahun 1915, majalah Panji Masyarakat yang didirikan oleh Hamka, koran Pedoman yang didirikan oleh Rosihan Anwar, koran Waspada yang didirikan oleh Ani Idrus, majalah Kartini yang didirikan oleh Lukman Umar, majalah Femina yang didirikan oleh putra-putri Sutan Takdir Alisjahbana, dan jaringan televisi TV One yang didirikan oleh Abdul Latief.

Keuangan

Bisnis di industri keuangan, seperti perbankan, sekuritas, dan asuransi juga merupakan pilihan bagi pengusaha Minang. Bahkan pengusaha Minang, Sutan Sjahsam yang juga adik perdana menteri pertama Indonesia Sutan Sjahrir, merupakan perintis pasar modal di Indonesia. Sjahsam juga seorang pialang saham dan mendirikan perusahaan sekuritas, Perdanas. Disamping Sjahsam, ekonom Syahrir juga aktif dalam bisnis sekuritas dengan mendirikan perusahaan Syahrir Securities. Di bisnis perbankan, ada pengusaha Minang lainnya, Anwar Sutan Saidi, yang mendirikan Bank Nasional pada tahun 1930.
Silaturahmi pedagang
Untuk membangun jaringan dan silaturahmi antar pedagang Minangkabau, maka diadakanlah pertemuan yang dikenal dengan Silaturahmi Saudagar Minang. Silaturahmi ini pertama kali diadakan di Padang pada tahun 2007 yang dihadiri tak kurang dari 700 pengusaha Minang dari seluruh dunia.
Pedagang sukses
• Djohor Soetan Perpatih, menjadi seorang pedagang sukses di tahun 1930-an. Bersama saudaranya Djohan Soetan Soelaiman, dia mendirikan toko Djohan Djohor yang terkenal dengan aksi mendiskon barang yang menyebabkan toko-toko Tionghoa di Pasar Senen, Pasar Baru, dan Kramat (ketiganya berada di Jakarta) menurunkan harga dagangannya.
• Hasyim Ning merupakan pengusaha Minang sejak era Orde Lama. Bisnisnya bergerak di bidang otomotif, yaitu sebagai agen tunggal pemegang merek mobil-mobil asal Eropa dan Amerika Serikat. Hasyim pernah dijuluki pers sebagai "Raja Mobil dan Henry Ford Indonesia". Dia sempat dituding sebagai boneka kapitalis ketika pada tahun 1954 perusahan yang dipimpinnya, Indonesia Service Company, mendapat kredit lunak sebesar 2,6 juta dollar AS dari Development Loan Fund. Selain itu bisnis Hasyim juga merambah perhotelan dan biro perjalanan.
• Abdul Latief merupakan sosok sukses pengusaha Minangkabau di Jakarta. Bisnis Abdul Latief meliputi properti dan media dibawah bendera ALatief Corporation. Pasaraya dan TV One merupakan perusahaan terbesar milik Latief. Selain sukses sebagai pengusaha, Latief juga menjabat sebagai menteri Tenaga Kerja di pemerintahan Orde Baru.
• Basrizal Koto merupakan pengusaha asal Pariaman yang menggeluti bisnis media, hotel, pertambangan, dan peternakan. Basrizal yang dikenal dengan Basko memiliki hotel yang berbasis di Pekan Baru dan Padang. Selain itu dia memiliki peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara.
• Rahimi Sutan, pengusaha Minangkabau yang sukses menggeluti bisnis travel, biro perjalanan, dan rumah makan. Saat ini Natrabu Tour, perusahaan travel miliknya, bertebaran di seluruh daerah tujuan wisata di Indonesia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
• Fahmi Idris merupakan salah satu pengusaha Minang yang juga seorang politisi. Fahmi mendirikan grup bisnis Kodel yang bergerak dibidang perdagangan, industri, dan investasi. Fahmi yang telah berbisnis sejak tahun 1967, sempat berhenti kuliah dari FEUI untuk mulai berwirausaha.
• Datuk Hakim Thantawi, merupakan pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan perdagangan di bawah bendera Grup Thaha.
• Tunku Tan Sri Abdullah, merupakan pengusaha Minang-Malaysia yang cukup sukses. Dibawah bendera Melewar Corporation, bisnisnya meliputi produksi baja dan manufaktur.
Kisah Abdullah bin Amr Menguak Rahasia Amalan Ahli Surga

Diposkan oleh Admin BeDa pada Selasa, 04 Februari 2014 | 20.53 WIB

Menguak amalan ahli surga - ilustrasi
Abdullah bin Amr bish Ash radhiyallahu ‘anhu heran. Setiap Rasulullah mengabarkan akan ada ahli surga yang muncul, selalu datang seorang laki-laki yang sama. Dan ini ketiga kalinya. Selalu dia, seorang laki-laki dari Anshar, namun tidak terlalu dikenal.

Abdullah bin Amr yang tidak mengenalnya dengan baik, kemudian berniat menguak rahasia amalan apakah yang telah dikerjakan oleh laki-laki tersebut sehingga ia menjadi ahli surga. Berikut kisahnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ وُضُوئِهِ قَدْ تَعَلَّقَ نَعْلَيْهِ فِي يَدِهِ الشِّمَالِ فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ مِثْلَ الْمَرَّةِ الْأُولَى فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ الثَّالِثُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ مَقَالَتِهِ أَيْضًا فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ حَالِهِ الْأُولَى فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبِعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَالَ إِنِّي لَاحَيْتُ أَبِي فَأَقْسَمْتُ أَنْ لَا أَدْخُلَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَمْضِيَ فَعَلْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَنَسٌ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثَ فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَعَارَّ وَتَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَبَّرَ حَتَّى يَقُومَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ غَيْرَ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ يَقُولُ إِلَّا خَيْرًا فَلَمَّا مَضَتْ الثَّلَاثُ لَيَالٍ وَكِدْتُ أَنْ أَحْتَقِرَ عَمَلَهُ قُلْتُ يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنِّي لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ أَبِي غَضَبٌ وَلَا هَجْرٌ ثَمَّ وَلَكِنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعْتَ أَنْتَ الثَّلَاثَ مِرَارٍ فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ لِأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ فَأَقْتَدِيَ بِهِ فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَثِيرَ عَمَلٍ فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ قَالَ فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

Dari Anas bin Malik, ia berkata, ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga." Lalu muncul seorang laki-laki Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil menggantungkan kedua sandalnya pada tangan kirinya.

Esok harinya Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda seperti juga, lalu muncul laki laki itu lagi seperti yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda seperti itu juga dan muncul laki laki itu kembali seperti keadaan dia yang pertama.

Ketika Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam berdiri, Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu'anhu mengikuti laki-laki tersebut dengan berujar "Kawan, saya ini sedang bertengkar dengan ayahku dan saya bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh, ijinkan saya tinggal di tempatmu hingga tiga malam"
"Tentu", jawab laki-laki tersebut.

Anas bin Malik berkata, Abdullah Radhiyallahu'anhu bercerita;
Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku temukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari tidurnya dan beranjak dari ranjangnya, lalu berdzikir kepada Allah 'azza wajalla dan bertakbir sampai ia mendirikan shalat fajar, selain itu dia tidak pernah terdengar berbicara kecuali yang baik-baik saja.

Maka ketika berlalu tiga malam dan hampir-hampir saja saya menganggap sepele amalannya, saya berkata, "Wahai kawan, sebenarnya antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada percekcokan dan saling mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda tentang dirimu tiga kali, "akan muncul pada kalian seorang laki-laki penghuni surga, lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalan apa yang membuat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam sampai mengatakan engkau ahli surga?"

Laki-laki itu menjawab, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat."

Maka tatkala aku berpaling, laki-laki tersebut memanggilku dan berkata, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada diriku, rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang."

Maka Abdullah bin Amr Radhiyallahu'anhu berkata, "Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami lakukan."


Ya, rupanya amalan sang ahli surga tersebut adalah amalan hati yang bersumber dari hati yang bersih. Ia tak pernah memiliki keinginan menipu sesama muslim dan ia juga tidak pernah iri dengki atas siapapun. Subhanallah... [IK/bersamadakwah]

Rabu, 19 Maret 2014

Senin, 31 Agustus 2009

PENJUALAN PULAU DAN HARGA KEDAULATAN

TAJUK.

PENJUALAN pulau kepada pihak asing lagi-lagi terungkap. Tiga pulau di kawasan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dijual melalui sebuah situs yang berbasis di Kanada kepada publik mancanegara.

Informasi itu sungguh mencengangkan karena bagaimana mungkin pulau yang dimiliki Indonesia itu bisa dengan gampang diperjualbelikan.

Adalah situs www.private islandsonline.com yang mengiklankan penjualan tiga pulau itu lewat tajuk Islands for Sale in Indonesia, yaitu Pulau Makaroni yang dihargai 4 juta dolar AS (sekitar Rp40 miliar), Pulau Siloinak (1,6 juta dolar AS), dan Pulau Kandui (8 juta dolar AS).

Setelah penjualan pulau itu diungkap media massa, banyak pihak yang terkaget-kaget. Mereka pun berbondong-bondong membantah bahwa pulau-pulau tersebut tidak dijual. Padahal iklan di situs itu dengan jelas membedakan istilah islands for rent (disewakan) dan islands for sale (dijual).

Iklan penjualan pulau di Indonesia oleh situs www.privateislandsonline.com bukanlah kali pertama. Pada 2005, situs www.varealstate.co.uk juga pernah mengiklankan penjualan pulau dengan judul Tujuh Pulau (Bengkoang, Geleang, Kembar, Kumbang, Katang, Krakal Kecil, dan Krakal Besar) yang merupakan gugusan Kepulauan Karimunjawa ditawarkan kepada publik.

Setahun kemudian kehebohan juga terjadi ketika Pulau Bidadari di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, dijual dan dikuasai warga Inggris. Lalu, giliran situs www.karangasemproperty.com yang mengiklankan penjualan Pulau Panjang dan Pulau Meriam Besar di wilayah Nusa Tenggara Barat pada 2007.

Kasus penjualan pulau juga pernah terungkap di kawasan Sumenep, Jawa Timur, Natuna, dan Kepulauan Riau.

Siapa pun tahu, kemerdekaan Republik ini direbut dengan susah payah. Setiap jengkal tanah harus ditebus dengan darah anak bangsa. Itu sebabnya memelihara dan menjaga seluruh kedaulatan menjadi harga yang tidak bisa ditawar-tawar. Lepasnya Pulau Ligitan dan Sipadan ke Malaysia haruslah menjadi pelajaran penting dan tidak boleh terulang.

Lebih dari itu, kasus penjualan pulau sejatinya menjadi momentum untuk mengkaji ulang paradigma bernegara. Indonesia bagaimanapun juga adalah sebuah negara kepulauan dengan sekitar 60 persen berupa lautan.

Dengan demikian, pembangunan di wilayah daratan harus juga diberlakukan sama dengan wilayah di lautan. Bahkan, bila dilihat dari perimbangan kuantitas wilayah, pembangunan kelautan mestinya menjadi prioritas.

Karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki kewajiban mengelola pulau-pulau terkecil dan terluar secara benar dan berimbang. Payung hukum pun telah tersedia, antara lain lewat UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil dan Pulau Terluar, yang mengatur hak pengelolaan pulau dan wilayah pesisir.

Kedaulatan bagaimanapun juga menjadi harga mati bagi eksistensi negara dan bangsa yang memiliki harkat dan martabat. Penjualan pulau kepada pihak asing, apa pun alasannya, haruslah dipandang sebagai upaya menggadaikan kedaulatan. Itu yang tidak boleh diberi tempat. n

Lampost 30 Agustus 2009

Senin, 17 Maret 2014

Cara Praktis Menghafal Al Quran

 
Keterangan secara detail
Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:
Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:
1-    Bacalah ayat pertama 20 kali:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}
2-    Bacalah ayat kedua 20 kali:
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}
3-    Bacalah ayat ketiga 20 kali:
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}
4-    Bacalah ayat keempat 20 kali:
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}
5-    Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.
6-    Bacalah ayat kelima 20 kali:
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}
7-    Bacalah ayat keenam 20 kali:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}
8-    Bacalah ayat ketujuh 20 kali:
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}
9-    Bacalah ayat  kedelapan 20 kali:
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}
10-           Kemudian membaca  ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.
11-           Bacalah ayat  ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
          Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.
- BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?
Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.
- BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.
Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.
          Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
- BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?
Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran  setiap dua minggu sekali.
Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.
- APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun,  jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.
Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat,  dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).
Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:
-         Hari pertama: membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",
-         Hari kedua: dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",
-         Hari ketiga: dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",
-         Hari keempat: dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",
-         Hari kelima: dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",
-         Hari keenam: dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",
-         Hari ketujuh: dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".
Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:
-         huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,
-         huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,
-         huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,
-         huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,
-         huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,
-         huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,
-         huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".
Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
- BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan  cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).
- KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:
1-    Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.
2-    Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.
3-    Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.
4-    Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
5-     Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang  sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.