Senin, 30 Juni 2014

Jika Luhut Panjaitan Mengancam Apakah Ummat Islam Akan Melawan?



Jenderal Luhut Panjaitan merilis sebuah komentar yang bermotif melakukan psywar kepada kubu Prabowo yang dipenuhi oleh mayoritas muslim. Bahkan yang bermanhaj salafus sholih pun sudah menjatuhkan pilihannya kepada Koalisi Merah Putih.
Komentar Luhut Panjaitan yang memungkinkan terjadi dan memicu benturan keras peradaban di Indonesia dapat diartikan sebagai motif yang kolektif. Jokowi dan timses tentu membuat blueprint kebijakan dan orientasi politiknya.
“Kalau menang, kami libas nanti. Gitu saja, simple-kan,” kata anggota timses Jokowi-JK, Luhut Panjaitan usai acara Kata Hati Ruhut Poltak Sitompul Dukung Jokowi - JK di Horapa, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/6).
Nah, jika aksi libas melibas ini mengerucut hanya ada satu yang perlu dipersiapkan. Siapkanlah nyali dan moral kita semua untuk Indonesia pasca pemilu 2014. Muslim bak tubuh yang utuh, jika satu jempol saja tertusuk paku dan tetanus maka semua badan akan mendemam. Begitu juga saat sekelompok manusia yang berdalih dengan kotak-kotak (pluralisme) mengais-ngais dan sampai mencakar-cakar muka islam maka satu kata: Lawan! Lawanlah dengan segenap gelora dan semangat juang.
Jauhkan Indonesia dari kavling-kavling segelintir penganut pemahaman bengkok (JIL, sekularisme, Syiah, LGTB, marxisme, komunisme, pluralisme) dan minoritas fundamentalis. Islam adalah lautan yang bisa menampung semua sumber air.
Tudingan Wimar Witular terkait bangkitnya kaum bajingan (istilah yang ditujukan kepada islamis) di kolom pribadinya membuat profil a-islamisasi di kubu kaum bengkok semakin kuat dan kental. Aroma ini bak terasi di goreng lalu disimpan dibawah tempat tidur. Jokowi memang menjadi komandan barisan pasukan nyeleneh dan sewot dengan Islam.
Untuk itu para pembaca sekalian, kuatkan hati dan tekadkan gelora saat pilpres nanti tanpa ampun membuka lembaran suara dan mencoblos nomor (1) satu dan berikan senyum manis kepada pinokio dan si bapak tua disebelahnya lalu lipat dan berdoa semoga semuanya baik-baik saja.
Moral story adalah;
  • Memenangkan Prabowo adalah menyumbat kotoran masuk mulut.
  • Memenangkan Prabowo adalah mengisi Indonesia dengan hal-hal yang diridhaiNya.
  • Memenangkan Prabowo adalah mencegah Indonesia menjadi rumah Pinokio, dimana ada simbok yang sudah membuat perjanjian kemudian dilanggar, berjanji selama lima tahun membenahi Jakarta kemudian minggat, berkomitmen tidak akan berpolitik malahan perusahaannya menjadi tempat sampah komunikasi dan seterusnya.
Jika Luhut Panjaitan yang menjadi representatif mereka sudah memperlihatkan alergi dengan Islam (mewakili para jenderal dari kelompok merah) maka memang sebaiknya para jenderal yang masih menjadikan bumi untuk bersujud (kubu hijau) segera mengajarkan tentang ‘idad, melatih mental dan fisik untuk siap sewaktu-waktu bertempur sampai baterai habis.
Jenderal dibelakang Jokowi adalah jenderal-jenderal yang menghabisi komunitas pengajian di Talangsari, puluhan anak manusia saat penyerbuan di kantor PDI Jakarta, ratusan nyawa pasca referendum di Timor Timur. Mereka adalah jenderal-jenderal drakula haus darah yang menafikan moralitas untuk pangkat dan derajat dirinya. Dan Jokowi dengan pekok serta culunnya mengatakan pro HAM.
Salam Anti Presiden Bebal dan Pekok!
Link Inspritatif
http://www.petikan.com/news/1071-ketahuan-bohong-ditanya-korupsi-bus-transjakarta-jokowi-membisu-