Kamis, 10 April 2014

Mengapa para ulama itu menyerukan umat memilih Partai Islam? Berikut penjelasannya:


Mendekati hari pemungutan suara Pemilu Legislatif 2014, semakin banyak ulama yang menyerukan untuk memilih Partai Islam. Selain MUI dan ormas-ormas Islam serta ulama kondang seperti KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), KH Airifin Ilham, dan KH. Habib Rizieq Shihab, juga Ustadz-ustadz Salafi. Ustadz Firanda bahkan mengumumkan seruan memilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) secara terbuka melalui situs resminya, Selasa (8/4).
Mengapa para ulama itu menyerukan umat memilih Partai Islam? Berikut penjelasannya:
Melindungi umat dan membela Islam
Seperti diketahui, saat ini kalangan Syiah dan liberal sangat getol berupaya menguasai parlemen agar bisa membuat undang-undang yang sesuai dengan paham mereka. Tercatat, tokoh-tokoh semacam Ulil Abshar Abdalla (JIL-PD), Zuhairi Miswari (JIL-PDIP), Jalaludin Rahmat (Syiah-PDIP) dan lainnya.
Selain itu, para cukong dan mafia yang tidak ingin Islam menang juga telah menanamkan saham dan memberikan dukungan kepada partai-partai sekuler. Hal itu agaknya berbanding lurus dengan jumlah caleg non muslim yang diusung oleh partai-partai tersebut, yakni:
Melindungi rakyat Indonesia dari bahaya korupsi
Selama ini, media mainstream sangat tidak berimbang dalam ‘menyuguhkan’ berita korupsi. Ketika ada oknum partai Islam yang terlibat, mereka memberitakan dengan gencar dan terus menerus. Tetapi ketika kader partai sekuler melakukan korupsi, media seakan diam seribu bahasa. Padahal, sepanjang 2012-2014 ini, ada 464 kasus korupsi. Hanya 8% yang melibatkan partai Islam dan 16% melibatkan partai berbasis Islam. Sedangkan 76% dilakukan oleh partai sekuler.
Lalu mengapa angka kecil yang melibatkan partai Islam demikian kelihatan besar di media? Sebab media-media mainstream dikuasai oleh kalangan yang tidak berpihak kepada Islam dan tidak menginginkan kemenangan Islam. Mereka ingin partai Islam terlihat jelek sehingga tidak dipilih. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan korupsi besar-besaran dengan lebih leluasa. Bahaya inilah yang ingin dibendung para ulama. Di satu sisi partai sekuler melakukan korupsi dan media bungkam, menjatuhkan citra partai Islam, sehingga ketika partai sekuler berkuasa penuh, mereka menjalankan agenda-agenda ‘penzaliman’ atas umat Islam dengan menggunakan sumber daya hasil korupsi tersebut.
Para ulama tidak ingin umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di negeri ini diperdaya, lalu Islam dikebiri, justru dengan kekuasaan dan harta yang mereka dapatkan dengan jalan penipuan dan korupsi. Itulah sebabnya, para ulama di menit-menit terakhir menjelang pemungutan suara menyerukan umat Islam memilih partai Islam. [Jundi Rahman]