Rabu, 25 Desember 2013

Berhati-hati dan waspada dari berbagai bentuk pemurtadan terhadap umat Islam.



Kristenisasi adalah gerakan keagamaan dengan tujuan menyebarkan agama Nasrani kepada semua komunitas manusia yang ada di dunia secara umum dan kepada kaum Muslim secara khusus, dengan harapan dapat menegaskan kekuasaan mereka terhadap bangsa-bangsa yang ada. Dengan merujuk sejumlah ayat dalam Bibel sebagai legitimasi kewajiban menjalankan misi Kristen kepada bangsa-bangsa non-Kristen. Kitab markus, 16 : 15 misalnya, menyerukan:
“pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala mahluk.” Maka baik kaum Kristen Protestan maupun Katolik sama menegaskan pentingnya misi ini dalam agama Kristen.

Yang pertama kali melakukan aktifitas Kristenisasi secara resmi adalah seorang warga Jerman bernama Raimon Lull (1890 M) setelah perang salib mengalami kegagalan. Raimon telah belajar bahasa Arab dan berkunjung ke beberapa Negara Arab sambil berdiskusi dengan beberapa kalangan ulama. Pada tahun 1924, Raymond Lull berhasil menemui Paulus V. Dia mengajukan dua buku yang mencakup dua rancangan Lull untuk mengkristenkan umat Islam.
Pertama, menjadikan ilmu dan sekolahan sebagai sarana kristenisasi.
Kedua, kristenisasi dengan kekerasan jika tidak dapat dicapai dengan cara halus. Semenjak itulah missionaris Kristen mengarahkan perhatiannya untuk menyebarkan agama Kristen kepada negara-negara ketiga yang mayoritas beragama Islam.
Aktifitas Kristenisasi ini mengalami momentum yang cukup baik karena ketika itu negara-negara Muslim masih diliputi oleh kebodohan dan kemiskinan. Belum lagi masalah kesehatan dan kelemahan penguasa negeri Muslim dalam mengatasi problem interen mereka.

Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya negara-negara barat banyak mengutus missonaris ke seluruh dunia dengan alasan untuk pengembangan kehidupan kerohanian dan sebagai upaya menciptakan keselamatan dunia, sebagaimana tampak di Perancis.
Perancis secara terbuka memerangi missionaris dalam konteks negaranya tetapi berusaha memanfaatkan dan melindungi missionaris yang berada di Negara lain.
Demikian pula Italia yang menampakkan permusuhannya terhadap Gereja tetapi memperkuat politik imprealisme mereka dengan bantuan para missionaris. Bahkan banyak kalangan militer di Inggris yang menasehati negaranya untuk mengutus missonaris ke seluruh dunia.
Dalam aktifitas ini, missionaris sangat menyadari bahwa kaum Muslim memiliki keteguhan yang tinggi dalam memegang keyakinan yang mereka anut. Dengan demikian beragam kendala mereka temui di lapangan. Dengan adanya kenyataan demikian, upaya dan segala yang dimiliki berupa kekuatan rohani dan jasmani mereka persiapkan untuk melancarkan aktifitas ini. Hal ini tampak dalam upaya missionaris untuk menaklukkan Indonesia dan Negara-negara Afrika.



Sejarah Kristenisasi Di Indonesia.

Berdasarkan kutipan Lukman al-Hakim dari buku Sejarah Gereja Katolik di Indonesia, permulaan perkembangan agama Kristen di Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh Y Bakker terjadi pada pertengahan abad ke-7 dengan didirikannya episkopat Syria di Sumatra. Tetapi hasil krsitenisasi mulai tampak sejak dilakukannya secara gencar oleh orang-orang Portugis, terutama di Maluku pada abad ke-16.
Setelah itu, Organisasi dagang Belanda (VOC) yang didirikan pada tanggal 1602 memang tidak memiliki nuansa politik yang berusaha mencederai Islam. Namun ketika diminta untuk menyebarkan nilai-nilai Kristen di tanah jajahan, maka tidak ada cara lain kecuali mengikuti cara yang telah diperaktekkan oleh Portugis sebelumnya berupa pemaksaan.

Sebagai perwujudannya, sebagaimana dituturkan oleh Aqib Suminto dalam Politik Islam Hindia Belanda, pada tahun 1661 VOC melarang umat Islam melaksanakan ibadah haji. Kebijakan ini merupakan realisasi anjuran Bogart, seorang Katolik ekstrim di parlemen Belanda. Dalam asumsi Bogart, para jemaah haji tersebut sangat berbahaya secara politis. Karena itu, melarang perjalanan ibadah haji jauh lebih baik ketimbang menembak mati para haji itu.
C.Guillot dalam Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa menuturkan bahwa pada awalnya pusat penyebaran Kristen adalah Maluku. Banyak orang Maluku yang menjadi tentara yang kemudian dikirim ke kawasan- kawasan utama militer Belanda di Jawa, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Mereka itulah yang pertama kali membentuk jemaah Kristen pribumi.

Berbeda dengan di atas, terdapat analisa lain yang menganggap bahwa orang Kristen pertama yang sampai ke Nusantara adalah pada abad 12 masehi. Yang mana, ia singgah di Sumatra Utara. Setelah itu missionaris yang bernama Fransiskan Ordorikus menyusul dan berusaha mengelilingi pulau Sumatra dan Pulau Jawa.
Kemudian datang setelahnya missionaris Katolik yang sangat mashur yang bernama Fransiskus Oksafiarus pada tahun 1546 masehi. Ia memulai missinya di Ambon kemudian memperluasnya hingga mencakup Maluku Utara. Kemudian setelahnya datanglah orang-orang Belanda yang beragama Protestan ke pulau ini dan berusah menyaingi penganut Katolik. Namun kemudian perkembangan agama Protestan banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur. Hal ini terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke-18 masehi.
Pada tahun 1904 M tibalah Fan Leis ke Yogyakarta dan berusaha mendirikan sekolah Kanisius yang berpusat di daerah Muntilan dan Mendut.

Keterkaitan antara kolonialisme dengan kristenisasi sebetulnya sangat sulit untuk dinafikan. Namun demikian tokoh-tokoh Kristen di Indonesia seperti TB Simatupang biasanya tidak setuju tentang adanya keterkaitan tersebut. Mereka menganggap bahwa misionaris sama sekali tidak terkait dengan ambisi duniawi para kolonialis. Penyebaran Kristen lebih disebabkan oleh kuasa Alkitab dan bukan semata-mata disebabkan oleh orang-orang Kristen. Namun anggapan semacam itu sulit diterima mengingat fakta-fakta sejarah bantuan dan sikap politik kaum kolonialis terhadap misi Kristen sangatlah nyata.

Setelah Indonesia Merdeka, Indonesia menjadi sasaran misi Kristen dari segenap penjuru dunia. Beragam media digunakan seperti film, kaset, buku-buku, kapal-kapal penginjil yang mengitari pantai-pantai dan kepulauan seperti Lombok, Sumbawa, Sulawesi dan Kalimantan. Di daerah luar Jawa seperti NTT dan Kalimantan misi Kristen telah memiliki pemancar radio dan pesawat terbang cesna. Bahkan pada wilayah-wilayah tertentu , mereka mendirikan landasan pesawat khusus dengan izin dari Depertemen Perhubungan. Demikianlah sehingga agama Kristen berkembang di Indonesia terutama pada momen jatuhnya Sukarno pada peristiwa pemberontakan G 30 S PKI pada tahun 1965. Orang-orang Kristen memanfaatkan kesempatan ini dengan memasukkan para tawanan komunis ke dalam agama Kristen dengan beralasan bahwa para pelaku penyembelihan adalah orang-orang Islam. Sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri kecuali dengan beralih keyakinan.


Kristenisasi Global.

Majalah Time edisi 30 Juni 2003 silam, menurunkan tema unik yang mengundang perhatian tersendiri. Dalam edisi yang bergambar Salib emas yang sedang digenggam tersebut, Time menurunkan judul Should Christians Convert Muslim? Haruskah Kristen menarik Muslim? Kira-kira begitu terjemahan bebasnya. Dalam edisi tersebut dituliskan berbagai kiprah dan kemajuan gerakan Kristenisasi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi.
Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan 4.001 sampai 10.000 orang aktivis.
Angka di atas adalah data resmi yang bisa
terdeteksi. Namun bisa jadi, jumlah yang sebenarnya jauh dari angka yang disebutkan oleh Time. Dengan jumlah dan gerakan yang masif seperti itu, dapat dibayangkan berapa besar angka rekruitmen yang mereka lakukan.



Beragam cara yang dilakukan oleh missionaris dalam rangka menarik hati pemeluk Islam di Indonesia. Di antara metode yang digunakan dalam upaya kristenisasi ini berdasarkan sejumlah penelusuran adalah :


1. Membangun Gereja di Lingkungan Muslim.

Langkah ini merupakan cara lama yang masih dipraktekkan oleh missonaris untuk proyek Kristenisasi di Indonesia. Hanya saja resistensi yang ditampakkan oleh warga sekitar terhadap proyek pendirian Gereja menjadi masalah setiap kali hal ini dilakukan. Salah satu contoh adalah proyek pendirian Gereja terbesar di Asia Tenggara yang direncanakan oleh Jems Riyadi di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Gereja ini dinamakan Gereja Pembaharuan Injil. Setelah bangunan Gereja mulai tampak, kelompok Muslim di Kemayoran mengadakan pertemuan khusus dan menyapakati beberapa langkah untuk menyetop pembangunan Gereja. Salah satunya adalah mengirim surat kepada Gubernur sebanyak tiga kali, tetapi hal tersebut tidak mendapatkan respon dari pemerintah setempat. Melihat sikap warga yang menolak proyek, pihak Kristen berusaha mendekati warga dengan membagikan alat perlengkapan shalat dan hewan kurban ketika tiba hari Idul Adha serta kunjungan ke beberapa pesantren. Hanya saja warga merasakan bahwa itu merupakan bentuk sogokan agar mereka tidak menolak kehadiran Gereja, sehingga cara ini tidaklah berhasil menghadang langkah warga untuk menolak pembangunan Gereja tersebut.

Hal serupa juga terjadi di Depok, Jawa Barat ketika
Gereja Sallom berhasil didirikan. Panitia berusaha mendatangkan jamaah dari da’erah lain untuk mengadakan acara di Gereja Sallom. Setiap minggu berbagai kegiatan ramai di adakan di Gereja sehingga beberapa warga sekitar mulai tertarik dengan kegiatan yang mereka lakukan. Keberadaan Gereja pun lambat laun mulai menimbulkan sikap antipati warga sehingga mereka melakukan sikap yang tidak baik terhadap Gereja tersebut di kemudian hari.


2. Menciderai Kehormatan Wanita Muslimah.

Metode ini merupkan cara terbaru yang dilakukan oleh pihak missionaris di Indonesia. Pada awalnya cara ini ditujukan kepada putri-putri dari tokoh-tokoh keagamaan yang disegani oleh masyarakat.
Sebagai contoh, seorang da’i bernama H Kasep dinodai kehormatan putrinya oleh salah seorang missionaris yang mengaku telah beragama Islam. Sehingga pada akhirnya sang gadis bunuh diri karena tidak bisa menaggung rasa malu akibat kejadian tersebut. Kejadian berawal dari tahun 1420 H ketika seorang pemuda sering bertandang ke rumah sang gadis. Sejak itu kebersamaan keduanya makin terlihat mesra. Sang gadis beserta ayahnya tidak mengetahui kalau sang pemuda adalah seorang Kristen. Suatu hari sang ayah menawarkan kepada pemuda tersebut agar hubungan dengan putrinya diresmikan melalui pernikahan. Tetapi sang pemuda mengajukan syarat agar acara pernikahan dilakukan di Gereja. Sejak saat itulah sang gadis kecewa dan hanya mengurung diri di kamar, hingga suatu ketika ia ditemukan meningal di ruang kamarnya dengan sebotol racun serangga.

Di tempat lain, seorang missionaris mengaku telah menjadi Muslim lalu mempersunting seorang gadis Muslimah yang berjilbab. Pada malam pertama perkawinannya, ia menugaskan salah seorang sahabatnya untuk mengambil gambar hubungan suami istri yang dilakukan pada malam itu. Setelah usia perkawinan berjalan beberapa bulan, sang suami meminta istrinya memilih antara masuk Kristen atau foto-foto hasil hubungannya pada malam pertama tersebut disebarkan ke khalayak ramai. Sang istri pun tidak memiliki pilihan lain kecuali masuk Kristen demi menjaga kehormatannya.

Kejadian serupa juga terjadi di Jakarta Timur. Seorang missionaris menikahi seorang gadis yang bernama Fatma. Setelah keduanya mendapatkan dua momongan, sang missionaris membuka kedoknya dan memaksa istrinya untuk memeluk agama Kristen. Setelah beberapa hari kejadian tersebut berlalu, sang missionaris ketahuan kedoknya. Ia ternyata salah satu alumni dari sekolah tinggi teologi yang berpusat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.


3.Mengkristenkan Pasien Muslim.

Di antara metode ampuh yang dikembangkan oleh missionaris adalah mendirikan rumah sakit Kristen di berbagai belahan dunia Muslim. Rumah sakit seperti ini telah mencapai 213 buah pada tahun 1421 H. pendirian rumash sakit demikian memang atas nama missi kemanusiaan, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia terkadang menjadi tempat terjadinya missi terselubung kepada pasien non Kristen. Betapa banyak kita dengar pasien dari kalangan ekonomi lemah direhabilitasi di rumah sakit-rumah sakit Kristen lalu dikemudian hari mereka berganti identitas keagamaan. Bahkan tidak cukup dengan pendirian rumah sakit-rumah sakit, missionaris juga berusaha membagikan brosur-brosur yang berisi ajaran ajaran Kristen serta adab-adab dalam Kristen bagi orang sakit kepada pasien Muslim.


4.Kesaksian Palsu yang Dilakukan oleh Oknum yang Mengaku Murtad dari Islam.

Fenomena menarik yang banyak terjadi dikalangan intelektual non Muslim adalah ketertarikan mereka terhadap Islam yang diawali dengan rasa keingintahuan tentang makna kehidupan. Pengembaraan intelektual pun mereka lakukan dengan mencari jawaban dari berbagai agama, termasuk agama-agama abrahamaik selain Islam. Mereka menghindari Islam karena stigma media massa yang seolah telah menenpmpatkan Islam sebagai agama kekerasan dan anti perempuan. Tetapi karena jawaban yang mereka temui selama pencarian tidaklah memuaskan dahaga intelektual mereka, sehingga Islam pun dilirik. Ketika mereka mulai banyak membaca literatul Islam, terutama terjemahan al-Qur’an, umumnya mereka tersadar bahwa ternyata Islam adalah jawaban dari berbagai kegelisahan yang mereka alami selama ini. Setelah mereka menemukan jawaban, pengakuan tentang proses yang mereka lalui hingga menemukan Islam mereka tulis atau umumkan kepada media Islam sehingga tidak sedikit menginspirasi non Muslim lainnya, bahkan termasuk orang Muslim sendiri untuk lebih mendalami Islam. Hal ini menimbulkan efek yang luar biasa kepada masyarakat.

Melihat cara demikian banyak menarik perhatian masyarakat kaum beragama, terutama non Muslim, oknum dari pihak Kristen pun berusaha melakukan hal serupa. Sekali pun hal demikian sering kali didesain sendiri dan tidak mereperesentasikan keadaan sebenarnya. Mereka kemudian menulis kisah serupa pada beberapa majalah atau selebaran atau pada buku-buku tertentu dengan harapan dapat melakukan upaya tandingan terhadap apa yang terjadi pada intelektual non Muslim ketika memutuskan Islam sebagai pilihan.

Cara demikian mulai ditemukan di Indonesia pada tahun1974. Yang pertama melakukannya adalah seseorang yang bernama Kemas Abu Bakar. Pada awalnya, ia mengaku sebagai jebolan universitas Islam di Bandung dan pernah tercatat sebagai salah satu dewan juri pada penyelenggaraan MTQ tingkat Internasional. Ia berusaha menafsirkan al- qur’an berdasarkan kehendaknya semata kemudian menyebarkannya ke masyarakat dalam
bentuk kaset. Tetapi setelah diadakan investigasi oleh kalangan Muslim ternyata terbukti ia melakukan kebohongan karena tidak mampu mendemonstrasikan kekmampuannya membaca al-qur’an. Karena tindakan ini ia dipenjara di Surabaya selama 8 tahun.

Di Jakarta pun kasus serupa ditemukan. Seseong bernama Yusuf Maulana mengaku murtad dari Islam dan masuk ke agama Kristen. Ia mengaku anak dari seorang dai terkenal, Qasim Nurseha. Karena pengakuan demikian, khotbah- khotbahnya di Gereja cepat beredar dengan menceritakan sebab-sebab ia memilih Kristen sebagai agamanya. Setelah dilakukan investigasi oleh kalangan Muslim terbukti bahwa ia bukanlah anak dari Qasim Nurseha, sebagaimana pengakuannya selama ini.

Setelah itu, kasus di Bandung dengan motif yag sama juga ditemukan. Ada seseorang mengaku saudara kandung dari Buya Hamka (Haji Abdul Karim Wadud Amrullah). Ia mengaku bernama Wili Abdul Wadud Karim Amrullah. Setelah pengakuannya tersebut, ia menjadi orang yang sangat terkenl di Bandung. Bahkan banyak dari kalangan kaum Muslim mulai terpropokasi dengan pengakuannya. Tetapi setelah investigasi dilakukan dengan seksama oleh kalangan Muslim terbukti ia hanya pembual layaknya pendahulu-pendahulunya.

Beberapa orang yang terhitung menyatakan diri murtad dari Islam dan beralih profesi sebagai missionaris Kristen di antaranya adalah :
• Purnama Winangun yang dijuluki sebagai haji Amos.
• Hajjah Kristina Fatimah yang disebut Tini Rustini.
• Rudi Muhammad Nurdin.
• Matius.
• Muhammad Sholihin.


5.Missi Kristen Atas Nama Bantuan Kemanusiaan.

Sebenarnya hal ini merupakan cara lama yang selalu digunakan oleh missionaris untuk malakukan missinya. Cara ini dianggap cocok untuk negeri-negeri Muslim mengingat kemiskinan menjadi penomena umum di banyak Negara Muslim. Jika dipetakan secara kasar, benua afrika yang nota bene banyak berpenduduk Muslim, banyak menjadi target utama cara ini. Kelaparan yang terjadi di mana- mana akibat perang yang berkanjangan menjadi lahan subur bagi missionaries untuk menjalankan aksinya. Analisa bahwa kemiskinan menjadi penyebab utama keberhasilan missi Kristen sangatlah relevan. Apalagi jika dibuktikan dengan
temuan-temuan lapangan, terutama ketika terjadi bencana alam pada level tinggi sehingga mengundang keterlibatan donor asing. Biasanya, mengalirnya dana kemanusian selalu dibarengi dengan missi sampingan yang melibatkan kepercayaan tertentu.

Cara seperti ini misalnya ditemukan di Tangerang. Yaitu sebuah pemberian beasiswa kepada 6 desa yang bertetangga dengan Lippo Karawaci, sebuah kawasan mewah di Tangerang. Sponsor utama beasiswa ini adalah Jems Riyadi, pemiliki bank Lippo. Pada ke-6 desa tersebut terdapat 26 SD dengan jumlah total siswa sebanyak kurang lebih 10.000. Semuan murid-murid tersebut diberikan beasiswa sebagai wujud bantuan kemanusiaan. Berdasarkan temuan Majalah Media Da’wah, salah satu media Islam yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan missi Kristen di Indonesi, bahwa para murid yang berada antara kelas 1 hingga kelas 3 masing-masing mendapatkan beasiswa sebesar Rp 1.179.000 per
tahun. Adapun murid-murid yang berada dalam bimbingan khusus mereka tentu mendapatkan lebih dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 1.539.000 per siswa per tahun. Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa masyarakat miskin yang berada pad ke-6 desa tersebut merasa sangat terbantu dengan program demikian. Sekali pun, pada kenyataannya terdapat sekitar 500 lebih siswa yang aktif mengikuti berbagai kegitan di Gereja. Sementara di pihak lain, orang tua mereka tidak memiliki kemampuan untuk mencegah praktek demikian karena telah merasakan bantuan besar tersebut.

Pada lingkup lebih luas, terjadinya Tsunami di Aceh menjadi momen penting bagi kaum missionaris untuk melakukan aksi mereka.


6.Kristenisasi Dengan Menggunakan Simbol- Simbol Islam.

Metode ini merupakan cara terbaru yang dipraktekkan missionaris di Indonesia. Bahkan cara ini dilakukan secara masif dan agresif. Media yang digunakan seperti pelaksanaan ritual Kristen
dengan dengan tampilan yang Islami. Misalnya perayaan natal dengan menampilkan pakaian adat betawi yang sangat kental nuansa Islamnya. Selain itu, missionaries juga melakukan penyebaran bulletin-bulletin yang mirip dengan bulletin da’wah yang memuat ayat-ayat al-qur’an disertai dengan ayat-ayat bible serta analisa yang mengunggulkan ajaran Kristen atas pandangan Islam tentang masalah-masalah tertentu. Hal lain yang juga tidak luput dari penyebaran missi denga cara ini adalah penerbitan buku-buku yang menampilkan judul-judul yang sangat bernuansa Islam.

Orang Muslim banyak tertipu dengan cara-cara seperti ini, karena ketidakmampuan mereka membedakan antara Islam sebagai aksesoris dengan ritual keagamaan yang murni Kristen. Cara ini makin membingungkan masyarakat dengan adanya terjemahan bible yang berbahasa Arab dan kajian yang dilakukan di Gereja yang mirip bentuk masjid. Sementara para peserta kajian memakai pakaian layaknya seorang santri dan para peserta membaca kitab bible berbahasa Arab layaknya orang yang sedang membaca al- qur’an dengan cara tartil. Contohnya:
A. Perayaan Natal dengan Tampilan Islami.
Cara seperti ini pernah dilakukan oleh pihak Kristen pada hari sabtu, 25 desember 2003. Mereka melakukan perayaan natal di Gereja ortodoks yang bernama Santovatius di Jakarta. Dalam perayaan ini mereka menampilkan peserta yang berbusana Islami mulai dari laki-laki, perempuan dan anak kecil. Bahkan acara inidissirkan secara langsung oleh salah satu televise swasta terkemuka di negeri ini dan disaksikan oleh banyak pemirsa di seluruh tanah air. Seperti yang diduga oleh pihak pelaksana sendiri, acara ini menui protes keras dari banyak pemirsa. Bahkan protes yang berbentuk ancaman dan terror sempat beredar sebagai wujud resitensi ummat Muslim di Indonesia terhadap acara-acara yang berpotensi mengancam hubungan antar ummat beragama di negeri ini. Cara-cara demikian sebenarnya tidak hanya terjadi sekali dan dua kali saja. Bahkan adanya upaya pembacaan bible berbahasa Arab dengan mengikuti metode tilawatil Qur’an dengan nada tertentu juga masuk dalam kategori ini. Belum lagi tata cara ibadah yang dipereaktekkan oleh Kristen Syria dengan meniru tata cara shalat dalam Islam. Semua fenomena tersebut merupakan metode penyebaran agama yang kurang menghargai aspek toleransi yang dibangun dalam lingkup keindonesiaan dan keragaman.
B. Penyebaran buku-buku Kristen yang menyerupai tampilan buku-buku Islam.
Para penulis beserta judul-judul yang sempat beredar di tengah masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Karangan Purnama Winangun yang dikenal dengan nama Haji Amos.
Beberapa tulisan Purnama yang ditemukan beredar di tengah masyarakat adalah seperti, Upacara lbadah Haji, Ayat-ayat Al Qur’an Yang Menyelamatkan, Isa Alaihis Salam Dalam Pandangan Islam, dan Riwayat Singkat Pustaka Peninggalan Nabi Muhammad saw.
2) Karangan Danu Kholildinata yang dikenal dengan nama Amin Barkah.
Kristus dan Kristen di Dalam Al-Qur’an (Al Masih Wal Masihiyun Fil
Quur’an).
3) Karangan Hamran Amri.
Allah Sudah Pilihkan Saya Kasih Buat Hidup Baru Dalam Yesus Kristus, Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa, Dengan Kasih Kita Jawab, Jawaban Atas Buku Bible Qur’an dan Science, Dialog Tertulis Islam- Kristen, Surat dari Mesir, Siap Sedia Menjawab Tantangan Benteng Islam, Sebuah Memori Yang Tak Terlupakan, dll.
4) Karangan Muhammad Nurdin.
Ayat-Ayat Penting Di Dalam Al-Qur’an, Keselamatan Di Dalam Islam, Selamat Natal Menurut Al Qur’an, Kebenaran Yang Benar (As Shodiqul Mashduuq), Rahasia Allah Yang Paling Besar (Sirrullahil Akbar), Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar, Ya Allah Ya Ruhul Qudus Aku Selamat Dunia dan Akhirat, Wahyu Tentang Neraka, Wahyu Keselamatan Allah, dan lain-lain.
5) Terbitan yayasan pusat Kristen Nehemia.
Kerudung Yang Dikoyak, oleh Gulshan Ester; Seorang Gadis Kristen Mempertanggungjawabkan Imannya, oleh Nita; Apakah Al Qur’an Benar- benar Wahyu Allah, oleh Ev. J. Litik; Kebenaran Firman Allah, oleh Pdt. M. Matheus; Lima Alasan Pokok Tentang Isi Al Qur’an Yang Menyebabkan Saya Beralih Dari Islam ke Kristen, oleh Ev. J. Litik; dll.
6) Cetakan yayasan Jalan Rahmat.
Sejarah Naskah Al Qur’an dan Alkitab, oleh John Gilchrist; Sulitkah Menjadi Orang Kristen, oleh Abdul Masih; Siapakah Kristus Selayaknya Menurut
Anda, oleh Abdul Masih; Sudah Kutemukan, oleh Iskandar Jadeed; Benarkah Al kitab Dipalsukan, oleh Iskandar Jadeed; Injil Barnabas Suatu Kesaksian Palsu, oleh Iskandar Jadeed; Kesempurnaan Taurat dan Injil, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Supaya Dosa Diampuni, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Kita Berdoa, oleh Iskandar Jadeed; Kri stus Menurut Islam dan Kristen, oleh John Gilchrist, Benarkah Nabi Isa Disalib, oleh John Gilchrist; Allah Itu Esa di Dalam Tritunggal Yang Kudus, oleh Zachariah Butrus; Selidikilah, Anda Pasti Selamat, oleh Sultan Muhammad Paul.
7) Brosur, kaset dan kaligrafi.
Brosur-brosur sperti: Brosur Dakwah Ukhuwah, Brosur Shirathal Mustaqim, Brosur Jalan Al Rachmat, dll. Kaligrafi dan kalender tulisan Arab yang berisikan ayat-ayat Injil tentang ketuhanan Yesus. Kaset: Kaset tilawatul Injil, Dzat dan Sirat Allah (ceramah Pendeta Kemas Abubakar Mashur Yusuf Roni), Kesaksian murtadin Muhammad Imran, Kesaksian murtadin Ikhwan Luqman, Kesaksian murtadin Pdt. Akmal Sani, Kesaksian murtadin Lies Saodah, Kesaksian murt adin Haji Ahmad Maulana yang mengaku-ngaku putera KH. Kosim Nurzeha, dll.


* Solusi Menghadapi Kristenisasi adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan kesadaran berislam.

2. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

3. Memberdayakan lembaga-lembaga Islam (ormas, pendidikan, pesantren, perguruan tinggi dan lainnya).

4. Mengintensifkan kajian dan pelatihan tentang bahaya kristenisasi dan cara penangkalannya bagi aktivis dakwah.

5. Mengirim para da'i yang sudah dibekali pengetahuan yang cukup tentang Islam dan tantangannya ke daerah-daerah terpencil terutama daerah basis kristenisasi.

6. Terus menerus memberi penyadaran kepada umat Islam akan bahaya kristenisasi lewat berbagai media baik elektronik, cetak, maupun pengajian dan majelis taklim.

7. Menyelenggarakan lembaga khusus untuk kaderisasi penangkalan.

8. Selalu mengadakan studi lapangan tentang kondisi umat dan perkembangan kristenisasi.

9. Mengefektifkan para muhtaddin atau muallaf sebagai counter attack kepada gerakan-gerakan kristenisasi dalam membuat jaringan bagi mereka bersama para kristolog muslim.

10. Mengungkap fakta dan data kristenisasi kepada semua pihak, terutama kepada para pejabat muslim dengan metode power point agar mereka terbelalak atas kerja mereka.

11. Mengantisipasi gerakan penyusunan kekuatan kristenisasi melalu laskar-laskar mereka seperti laskar kristenisasi, laskar mahoni dan lainnya.

12. Menggalang kekuatan ulama dalam menangkal kristenisasi termasuk kebangkitan internasional dunia Islam.