Jumat, 14 November 2014

BERDIKARI = BERDIRI KARI-KARI ?
Nurul Lang Hastra menambahkan 4 foto baru.
SATU DARI 12 MOU DI FORUM APEC YG TELAH DITANDA-TANGANI ANTARA INDONESIA-CHINA ADALAH IMPORT 1500 UNIT KAPAL DARI CHINA - OLEH PT. ZADASA INTERNATIONAL, MAKASAR
-----------------------
FASTNEWS, Jakarta (10/11) – Salah satu perusahaan Indonesia yang melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan China, adalah PT Zadasa International, milik Natsir Mansyur, pria kelahiran Makassar, 1 April 1963. Zadasa menjalin kerjasama dengan Shen Zhen Tian He Wei Hang dengan investasi mencapai USD 5,51 juta.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog ini mengatakan, sebagai perusahaan swasta yang bergerak di bidang logistik, PT Zadasa International berencana mendatangkan 1.500 kapal berukuran 1.500-3.000 Teus dari China.
Ia mengatakan, mulai tahun ini akan didatangkan 500 kapal setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk melakukan program sea shore shipping yang diprogramkan pemerintah, yaitu untuk memberdayakan pelabuhan-pelabuhan kecil di Indonesia agar biaya logistik menjadi lebih murah. "Misalnya Merak-Bakauheni, yang macet jalan tol (biaya naik). Jadi lebih baik pergunakan kapal," jelasnya.
Dengan begitu, biaya logistik dapat dikurangi. Namun, dia mengharapkan pemerintah dapat mempercepat pembangunan infrastrukturnyan yaitu pelabuhan. "Jadi pemerintah siapkan infrastrukturnya 40 pelabuhan, dan kita siapkan sarananya yaitu kapalnya,” ujar Natsir yang mengakuinya sebagai bagian MP3EI (masterplan percepatan, perluasan pembangunan ekonomi Indonesia) yang digagas pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut Dirut PT Zadasa ini, proses mendatangkan kapal China ini, akan dilakukan dalam 5 tahun ke depan. Disebutkan pula, pihaknya akan menggelontorkan dana sekita Rp 15 triliun untuk pembelian kapal ini. Pendanaannya akan didapatkan dari pinjaman perbankan. "Bank-nya bisa BUMN, Mandiri, kita belum kesana. Tapi saya sudah tanda tangan kontrak dengan China selama 5 tahun," ungkap Natsir.
Strategi ini memang tidak bisa dipenuhi dari Indonesia. "Kalau di Indonesia itu paling 1 tahun bisa memproduksi 3 sampai 5 kapal. Jadi kita itu melakukan shortcut," ungkap pria ini ketika ditanya mengapa tidak mengandalkan kapal dalam negeri? Natsir mengatakan, kebutuhan kapal ini adalah hal mendesak. Menurutnya, produsen kapal di Indonesia dinilai lambat.
Natsir mengatakan, hal yang lebih penting dilakukan saat ini adalah menyediakan kapal dengan kapasitas 3500 deadweight tonnage (dwt) untuk melayani pengangkutan di berbagai daerah. "Saat ini yang penting, menurut saya adalah penyediaan kapal dengan kapasitas 3.500-5.000 dwt dalam sistem logistik nasional," kata Natsir yang selain Zadasa, juga pemilik Indosmelt, perusahaan penyedia smelter mineral tambang.(FN-04)
SukaSuka ·