Rabu, 05 November 2014

Kepentingan Nasional
04-11-2014
Indonesia Kini Dikendalikan Pihak Asing
Penulis : Cut Meutia
Ekonom kebijakan publik Universitas Cambridge, Prof Ha-Joon Chang, pernah menyatakan dengan tegas, bahwa doktrintrickle down effect —doktrin ini juga diterapkan rezim Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY— selalu dijejalkan oleh kekuatan neolib. Padahal, doktrin ini hanya akan menciptakan sosialis bagi golongan kaya dan free fight capitalism bagi kaum miskin. Para pengusaha besar mendapatkan limpahan keringanan kewajiban membayar pajak. Sementara kaum papa harus bersaing dan berebut hajat hidup di antara mereka untuk memberi makan keluarganya. Itulah yang terjadi hari ini, saat ”Indonesia Merdeka” menyentuh angka 69.

Rayuan maut teknokratik neoliberal — seperti diutarakan jurnalis progresif sosial-demokrat, Naomi Klein, dalam ”The Shock Doctrine : The Rise of Disaster Capitalism” (2007) — dibisikkan kepada para petinggi negara pada saat-saat menentukan sekaligus paling membahayakan: turbulensi, era peralihan, zaman vivere pericoloso. Akibatnya bisikan-bisikan kekuatan neolib tersebut, Indonesia kini tidak lagi dikendalikan pemerintah, namun dikendalikan pihak asing.
 
Bayangkan, korporasi asing menguasai 70% penguasaan minyak dan gas, pertambangan batubara, bauksit, nikel dan timah mencapai 75%, serta tembaga dan emas 85%. Artinya, naik-turunnya lifting migas bergantung pada budi baik pihak asing yang mengontrol sektor hulu migas. Maju-mundurnya hilirisasi pertambangan tergantung dari kesediaan Freeport dan Newmont memasok bahan baku.
 
Cadangan SDA kita makin lama kian tergerus. Indonesia tinggal memiliki cadangan batubara 20 miliar ton atau hanya 2,63% cadangan dunia. Sementara ekspor batubara kita setiap tahun mencapai 309 juta ton. Cadangan nikel yang masih tersisa 1,028 miliar ton, tembaga 3,044 miliar ton, bijih besi 173,810 juta ton, dan bauksit 302,316 juta ton (Badan Geologi, 2012).