Selasa, 28 Oktober 2014

Genosida Muslim di Afrika Tengah, PBB Bungkam


Genosida Muslim di Afrika Tengah, PBB Bungkam

 Bukan kali ini saja PBB menutup mata atas tragedi yang menimpa umat Islam. Ratusan ribu umat Islam di berbagai wilayah telah menjadi korban karena konflik yang terjadi di negaranya, tapi PBB seakan tidak peduli. Umat Islam di negara-negara lain harus menolong saudaranya di Afrika Tengah.

Intimidasi dan teror terhadap kaum Muslimin kembali terjadi. Kali ini, pembantaian dan intimidasi terjadi di Afrika Tengah. Di sana puluhan ribu warga Muslim dibantai dan disiksa oleh umat Kristen, dan ribuan lainnya terpaksa meninggalkan negaranya demi menyelamatkan diri dan akidah mereka. Namun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bungkam. Kendati PBB menyatakan bahwa apa yang terjadi dan dialami umat Muslim di Afrika Tengah merupakan bentuk genosida, namun Badan Dunia itu tidak mengambil langkah-langkah nyata untuk menghentikan pembantaian umat Islam oleh milisi Kristen di negeri itu.
Direktur Divisi Operasi Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) John Ging sejak Januari lalu sudah memprediksi bahwa apa yang terjadi di Bangui, Afrika Tengah, merupakan aksi genosida terhadap umat Muslim. “Kekejaman dan pembantaian terus dilakukan. Umat Islam di negara itu pergi meninggalkan negaranya karena ketakutan,” jelas Ging seperti dilansir Daulahislam.com.
Bahkan awal Febuari lalu, Amnesti Internasional sudah mengeluarkan peringatan soal genosida yag terjadi di Republik Afrika Tengah (CAR). Human Right Wacth juga menjelaskan, pembersihan etnis Muslim di Afrika Tengah dilakukan secara terkoordinir dan sangat memprihatinkan. “Hal itu terlihat ketika komunitas Kristen di negeri itu memaksa kaum Muslim meninggalkan negara mereka,” jelas Human Right Wacth seperti dirilis Nabawia.com.
Milisi Kristen yang menamakan diri Anti-Balaka bukan saja membunuh, menyiksa dan memerkosa kaum Muslimah di ibukota negara itu, mereka juga merusak  masjid. Pemimpin Muslim di Afrika Tengah, Imam Oumar Kobine Layama, menjelaskan 36 masjid di Bangui dirusak oleh milisi Kristen Anti Balaka. Kini hanya tersisa kurang dari sepuluh masjid yang bisa dimanfaatkan untuk ibadah.
Layama juga menyebutkan,  ribuan massa Kristen dari daerah-daerah di Afrika Tengah menyisir satu persatu rumah ibadah milik kaum Muslim. Mereka kemudian beramai-ramai merusak dan menjarah barang-barang yang ada di dalamnya.
Bahkan dalam kesaksian salah satu imam masjid di Bangui kepada Program BBC Newsday menyatakan bahwa dirinya ingin menjadi Muslim terakhir yang meninggal di Bangui. Sebab ia tak mau meninggalkan wilayah itu. “Tempat ini adalah tempat peristirahatan orangtua saya,” ucap imam masjid itu sebagaimana dikutip Republika.co.id.
Seperti diberitakan, kekerasan dan pembantaian terhadap kaum Muslim di Afrika Tengah berawal dari pengambilan kekuasaan Presiden Fancoiz Bozize oleh koalisi oposisi, Seleka, yang didominasi kaum Muslim. Namun oposisi Muslim tidak bertahan lama.  Oposisi Kristen dari pasukan Anti Balaka menjatuhkan kekuasaan Seleka sehingga oposisi Kristen tersebut mengisi kekosongan kekuasaan pada saat itu. Pada masa transisi itulah, genosida Muslim di Afrika Tengah berawal.
“Milisi Anti Balaka itu yang kemudian melakukan pembersihan etnis Muslim di Afrika Tengah,” jelas Penasihat Senior Respons Krisis Amnesti Internasional, Joanne Mariner.
Pengamat Hubungan Internasional Farid Wajdi mengatakan, dunia internasional ‘tak berkutik’ alias diam atas tragedi kemanusiaan yang dialami Muslim di Afrika Tengah. “Pasukan Perdamaian PBB gagal menghentikan pembantaian kaum Muslim. Mereka tidak melakukan tindakan yang nyata,” tandas Farid.
Ia mengatakan, pasukan Prancis yang diamanahkan dapat mengatasi permasalahan ini ternyata ditolak oleh umat Islam di sana karena dinilai berpihak pada milisi Kristen dengan membiarkan milisi Anti Balaka membunuhi Muslim di Afrika Tengah. Tentu saja kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan sekaligus memprihatinkan.
Bukan kali ini saja PBB menutup mata atas tragedi yang menimpa umat Islam. Ratusan ribu umat Islam di Palestina, Afghanistan, Pakistan, Irak, Myanmar, dan di sejumlah wilayah lain menjadi korban karena konflik yang terjadi di negaranya, tapi PBB seakan tidak peduli. PBB terkesan membiarkan pelanggaran HAM menimpa kaum Muslim di dunia. Lantas jika bukan umat Islam dari negara lain, siapa lagi yang bisa membantu saudara-saudara Muslim di sana? Di sinilah perlunya sebuah pemerintahan Islam (daulah Islam) yang kuat yang mampu membebaskan umat Islam dari tragedi kemanusiaan.