Rabu, 11 September 2013



(bab baru) JALAN MENUJU TEGAKNYA KHILAFAH
1st. MENEGAKKAN DAULAH.
Daulah Islam dan hukum Islam tidak akan tegak kecuali dengan jihad. Dan jihad akan bisa ditegakkan jika ada harakah Islam yang mendidik para pengikutnya dengan tarbiyah Islam. Sebelum mereka menegakkan hukum Allah di bumi, mereka harus bisa menegakkan hukum Allah dalam hati dan dada mereka terlebih dahulu. Sebelum mereka menerima amanah Allah dan syari’at-Nya untuk diterapkan dipermukaan bumi, mereka harus menjadi orang-orang yang dapat dipercaya terlebih dahulu. Mereka harus dapat dipercaya terhadap harta jama’ah yang ada ditangan mereka, terhadap para pemuda yang mereka bina dan mereka arahkan. Sebelum diberi  kepercayaan menjaga kehormatan jutaan kaum muslimat yang berada di bawah kekuasaan mereka, maka mereka harus terlebih dahulu menjadi orang-orang yang dapat dipercaya terhadap tetangga-tetangga (wanita) mereka. Mereka harus mentarbiyah diri mereka sendiri untuk menjaga kehormatan seluruh umat. Jika mereka tidak mendapatkan tarbiyah seperti ini lebih dahulu, maka celakalah umat yang akan mereka pimpin nantinya. Meski mereka membawa nama Islam.
Jika kamu ingin menegakkan hukum Islam secara universal, sehingga manusia tunduk kepadanya, maka terlebih dahulu kamu harus melihat saudara-saudaramu yang ada di sekelilingmu dengan pandangan cinta, sayang dan simpati. Harus tertanam betul dalam hatimu bahwa orang yang ada disampingmu adalah haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sebagaimana sabda Rosulullah saw:
“Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya”. (HR. Bukhari Muslim)
Dan hendaknya kamu tidak berprasangka padanya kecuali yang baik saja. Sebelum sampai pada tarbiyah ini, maka sungguh sangat berbahaya sekali mengangkat senjata terhadap musuh. Sebelum sampai pada marhalah yang mendasar ini, maka senjata yang telah diangkat itu akan berbahaya bagi pemegangnya. Dan berbahaya bagi umat, apabila senjata itu berhasil mencapai singgasana kekuasaan. Karena darah akan mudah mengalir, kehormatan akan diinjak-injak, harta benda akan dirampas, dan kekuasaan akan berganti dari tangan kaisar (baca: penguasa diktator) satu ke tangan kaisar yang lain. Hanya luarnya dipoles dengan syi’ar-syi’ar dan nama-nama Islam sehingga nampak seperti penguasa Islam.
Apabila saudaramu seperjuangan tidak aman atau selamat dari (sikap dengki) mu, padahal dia telah bertaruh nyawa sebagaimana kamu telah bertaruh nyawa, dan kalian berdua bertemu dalam satu perjuangan, sama-sama menghadapi penindasan, penyiksaan, pengusiran dan lain sebagainya. Apabila kehormatan dirinya tidak aman dari penginjak-injakan, apabila dagingnya tidak aman dari dimakan, apabila harta bendanya tidak aman dari perampasan, dan apabila kehormatannya tidak aman dari penghinaan  dan pelecehan. Maka apa jadinya? Bagaimana besok kalian akan berbuat terhadap orang-orang Nasrani, orang-orang Yahudi dan orang-orang yang tunduk pada kekuasaan kalian? Bagaimana kalian akan bertindak terhadap orang-orang awam? Jika orang yang melangkah bersamamu (menegakkan agama Allah di muka bumi) sendiri tidak aman dari (sikap dengki) mu. Engkau menyambut kedatangannya dan memeluknya kencang sehingga tulang rusuknya hampir lekat dengan tubuhmu. Tapi sedetik saja dia hilang dari pandanganmu, maka kamu memakan dagingnya dan merusak kehormatannya (dengan mengghibahnya). Islam macam apa ini? Islam apa yang hendak kamu tegakkan dalam kehidupan manusia? Agama apa yang kamu serukan itu? Bagaimana mungkin, jika sekelompok kecil yang ada saja tidak dapat hidup bersatu. Padahal minimal hak muslim yang harus dipenuhi adalah tidak menggunjingnya ketika dia tidak ada.
Syari’at  Islam dan manhaj (pedoman hidup) Islam mengajarkan kepada kita supaya memberi nasehat seseorang dihadapannya, supaya kita menjaga kehormatannya dibelakangnya(ketika dia tidak ada), bukan sebaliknya.
Seperti ucapan Hudzaifah kepada Mu’ad bin Jabal:
“Sungguh engkau telah mendapati diri kita semua bersaudara luar dan dalam. Kemudian kita hidup pada suatu zaman, dimana kita melihat orang-orang yang lahirnya nampak bersaudara tetapi batinnya memendam permusuhan”.
Marhalah tarbiyah adalah marhalah yang paling penting dan mendasar dalam usaha menegakkan Daulah Islam. Dalam marhalah ini, Qa’idah Shalbah (maksudnya, kelompok inti dalam sebuah harakah) dibina dan digembleng. Qa’idah Shalbah inilah yang nantinya menjadi batu tumpuan bagi seluruh masyarakat Islam. Dan mereka merupakan thabaqah (tingkatan) As sabiqunal Awalun seperti thabaqah As sabiqunal Awalun dari golongan Muhajirin dan Anshar. Jumlah mereka memang sedikit, tetapi peranan mereka sangat besar.
Aku akan mencari hakku pada makhluk dan para tetua//
Berat kala bertemu dan ringan kala diseru//
Banyak ketika diserang dan sedikit ketika dihitung//
Berat sekali tubuh mereka apabila bertemu, yakni tidak mundur dalam peperangan. Dan ringan kala diseru, yakni segera datang memenuhi panggilan apabila ada seruan perang. Banyak jumlah mereka ketika musuh menyerang, tetapi jika dihitung jumlah mereka sedikit.
Jadi yang kita cari sekarang adalah contoh dari lelaki perwira, sikap dan perbuatannya. Kita mencari contoh yang jarang didapat, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Kalian dapati manusia seperti seratus ekor unta, tapi tak seekorpun yang layak dijadikan kendaraan”.
Seratus ekor unta, tapi tak seekorpun yang bisa dijadikan kendaraan. Padahal kita memerlukan kendaraan-kendaraan yang sanggup memikul cita-cita kaum muslimin di atas punggungnya. Kita memerlukan pedang tajam yang dapat membuka hati mereka. Kita memerlukan orang-orang yang terbolak balik di atas ranjangnya karena sedih melihat keadaan kaum muslimin; yang terlilit dalam kepedihan ketika melihat kehormatan wanita muslimat diinjak-injak di setiap tempat; yang sanggup memikul cita-cita dan amanah agama.
Saya tidak memahami makna hadits ini sampai saya hidup dalam jihad di Palestina dan di Afghanistan. Kalian dapati manusia seperti seratus ekor unta, tapi dalam jumlah seratus itu tidak ada seekorpun yang bisa dijadikan kendaraan.
Umar pernah berkata pada para sahabat: “Coba berangan-anganlah kalian”. Lalu ada diantara mereka yang berangan-angan bisa memiliki emas sepenuh rumah. Dan emas itu akan diinfakkan di jalan Allah. Lalu yang lain berangan-angan begini, dan yang lain lagi berangan-angan begitu. Ketika mereka sudah mengemukakan angan-angannya, maka mereka ganti berkata pada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, berangan-anganlah, Umar berkata: “Saya berangan-angan seandainya saya mempunyai laki-laki seperti Abu Ubaidah sepenuh rumah ini”. ‘Rijal’ (lelaki), akan tetapi lelaki itu jumlahnya sedikit.

2nd.          PENTINGNYA QA’IDAH SHALBAH

Dalam marhalah tarbiyah dibina Qa’idah Shalbah (kelompok inti). Qa’idah inilah yang nantinya menjaga Islam secara keseluruhan dan melindungi negeri-negeri Islam dari serangan musuh. Madinah Munawarah dianggap Qa’idah Shalbah (karena ditempati sahabat-sahabat pilihan), maka sewaktu seluruh masyarakat di Jazirah Arab murtad dari agamanya, Qa’idah ini dapat mengembalikan seluruh Jazirah ke pangkuan Islam. Jika kemudian negeri Iraq butuh seorang pengajar, maka dari Qa’idah inilah pengajar itu datang. Jika tentara membutuhkan panglima, maka dari Qa’idah inilah panglima itu datang. Di antara mereka ada yang menjadi Amir (gubernur). Kelompok inti inilah yang menjadi ruhnya masyarakat Islam seluruhnya di dunia Islam setelah Daulah Islam membentang kekuasaannya di setiap penjuru dunia.
PERCOBAAN JIHAD DI SYIRIA.
Ketika muncul jihad di negeri Syiria, kami berpengharapan mudah-mudahan Allah menjadikan negeri ini sebagai tempat bermukim bagi kaum muslimin bila nanti hukum Islam tegak di sana. Akan tetapi sayang sekali kelompok kecil yang ada di Syiria ini diterkam oleh cakar-cakar musuh dari segala arah. Mereka membuat berbagai macam tipu muslihat untuk melumpuhkan jihad ini. Kemudian Allah mentaqdirkan mereka kalah menghadapi kekuatan thaghut (Hafid Asad) secara lahiriyah. Namun mereka berhasil mewujudkan seseuatu yang besar dengan percobaan jihad mereka, yakni menghidupkan semangat kaum muslimin di Syiria untuk berjihad, bersabar menghadapi  kesulitan, dan berani menghadapi kedzaliman para penguasa thaghut.
Saya menganggap percobaan jihad di Syiria tergolong percobaan yang berhasil. Percobaan ini –Alhamdulillah- mencapai banyak keberhasilan. Sebab mereka mampu menghimpun senjata untuk menghadapi tentara thaghut. Para pemuda pejuang yang berjumlah kecil ini mampu menghadapi Hafidz Asad dengan sanjata!! Bahkan di istananya. Hampir saja Hafidz Asad menemui kematiannya, namun takdir Allah menangguhkannya. Allah Azza Wa Jalla menangguhkan kematiannya tapi tidak membiarkannya. Ketika Hafidz Asad jatuh tertelungkup, dan mereka baru saja mau membunuhnya di ruang dalam istana negara, mendadak seorang pengawalnya yang berasal dari Palestina menjatuhkan dirinya ke tubuh Hafidz Asad. Pengawal itu tewas, dan pergi ke neraka jahanam, seburuk-buruk tempat kembali. Sementara penguasa thaghut, Hafidz Asad masih tetap hidup setelah menderita luka-luka.
4th.            YANG DIMINTA ADALAH MENYATUKAN ARAH PERMUSUHAN.
Kemana kita mengarahkan pandangan ? Kemana kita mencari padang rumput yang subur untuk menggembalakan onta-onta kita. Di manakah tempat yang memungkinkan untuk ditegakkan di sana Dienullah? Dan kita menemukan Afghanistan ketika jihad telah timbul di sana. Dipimpin oleh sekelompok  kecil manusia yang tumbuh sejak kecilnya menurut ajaran Islam. Mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya dan ternama di seluruh penjuru Afghanistan.
Di sinilah tempat kita beristirahat dan melabuhan harapan. Mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla memberikan kemenangan kepada kaum muslimin atas musuh-musuhnya. Selama usaha dan perjuangan yang ditempuh kaum muslimin masih berserak-serak dan terpisah-pisah tempatnya, maka kita tidak akan bisa menegakkan hukum Islam di tempat manapun di bumi. Karena itu, perlu adanya pemusatan usaha, penyatuan arah permusuhan dan pembatasan (skala prioritas) terhadap musuh yang hendak kita tumbangkan. Setelah itu kita akan menegakkan hukum Allah di tempat mana kita menumbangkan kekuasaan musuh kita.
Pertama kita harus bisa  melepaskan diri dari jahiliyah iqlimah (cinta kedaerahan) yang hidup dalam sumsum kita dan berjalan bersama aliran darah serta keringat kita. Dapatkah kita melewati rintangan jahiliyah ini? Naluri jahiliyah yang diajarkan kepada kita di sekolah-sekolah, di lembaga-lembaga resmi tempat kelahiran kita. Mungkinkah kita bisa memahami, bahwa di manapun agama Islam itu ditegakkan, maka tempat tersebut adalah sebagai tanah air kita, sebagai tempat tinggal kita, sebagai tempat harapan kita, kesungguhan dan kekuatan kita? Ataukah kita hanya ingin hidup ditanah kelahiran kita. Dan kita akan tetap bertahan di sana, meskipun kedzaliman merajalela, meskipun kekuasaan ada di tangan para penguasa thaghut, meskipun negeri itu tanahnya berbatu, meskipun tanahnya kering dan gersang, meskipun tidak menghasilkan panen yang baik. Apakah kita bisa melepaskan diri dari jahiliyah ini dan melewatinya? Melewati penghambaan pada tanah air yang kita warisi dari orang-orang jahiliyah pertama, yang membanggakan kebesaran nenek moyang mereka.
Mungkinkah kita bisa melepaskan diri dari busuknya bau kebangsaan atau kedaerahan, pelakunya mendapat ancaman yang keras dari Rasulullah saw, sebagaimana sabdanya:

                                    (khot)
“Sungguh, hendaknya kaum yang membanggakan nenek moyangnya,  menghentikan perbuatannya atau mereka akan benar-benar menjadi kaum yang lebih hina di sisi Allah daripada kumbang yang menggulirkan kotoran dengan sungutnya”. (1)

(1)     Penggalan hadits shahih yang diriwayatkan oleh At Tarmidzi dar Abu Hurairah. Hadist ini terdapat dalam jami’ Ash Shagir no. 5358.
Mungkinkah kita bisa meninggalkan tempat sampah, yang kita hidup diantara bau busuknya? Rasulullah saw menyebut-nyebutnya dan memperingatkan kita supaya meninggalkannya Mungkinkah kita bisa melepaskan diri dari ibadah Iqlimiyah (penghambaan kepada tanah air atau daerah)?
Marilah kita bersikap jujur pada diri kita, bahwa selama ini kita di didik dengan tarbiyah jahiliyah, dengan polesan Islam pada kulit luarnya. Maka kita harus memusatkan permusuhan kita pada satu target, yakni menggempur satu musuh. Mudah-mudahan kita bisa mengalahkannya dan kemudian menegakkan hukum Allah sebagai penggantinya.
Tanpa ada perencanaan manusia, Rabbul ‘Alamin menggiring Rusia kehadapan bangsa Afghan yang kuat, tangguh dan keras. Allah mentaqdirkan bangsa ini sebagai penakluk thaghut, pemukul pasukan agresor dan  perebut simpati kaum muslimin. Bahkan simpati dunia internasional. Mengapa demikian? Sebab mereka adalah bangsa yang didzalimi. Sebab mereka seperti kucing yang melawan singa. Jika kucing berani bertarung dengan singa, maka kalahpun akan  tetap tersohor. Tetapi singa tak akan tersohor dapat mengalahkan kucing. Lalu bagaimana seandainya kucing itu bisa mengalahkan singa???
Kami serukan kepada kaum muslimin…dan kami kumandangkan seruan ini ke segenap penjuru dunia Islam. Bangunlah kalian!!! Di sini bangsa Afghan sedang mengangkat senjata menghadapi kekuatan terangkuh di bumi. Bangsa muslim yang masih berpegang pada jati diri dan fitrahnya. Mereka masih berada di atas fitrah Allah dimana di atas fitrah itulah manusia diciptakan. Mereka belum terkotori oleh peradaban barat atau budaya kotor yang merusak. Mereka adalah bangsa yang tidak hanyut dalam lumpur kebejatan moral, kaum wanitanya tidak meninggalkan hijab, rasa malu ataupun martabatnya. Mari datanglah kemari!!! Datanglah kalian wahai kaum muslimin. Waktu sangat singkat dan pendek. Dan harapan kita kepada Allah sangat besar. Sejak tujuh tahun yang lalu. Sejak saya tinggal di negeri ini, saya tidak berbicara kecuali tentang jihad Afghanistan dan problematikanya. Saya tidak mau turut campur dalam urusan-urusan yang lain. Untuk itu, kita harus menyatukan arah permusuhan kita. Kita harus membatasi permusuhan kita pada satu musuh. Kita harus memfokuskan perjuangan kita disatu tempat (lebih dahulu). Adapun jika kamu sampai ke medan jihad, kemudian setelah itu kamu berfikir tentang negeri kelahiranmu, yang tidak menumbuhkan pepohonan  ataupun  tanaman. Pepohonan yang ada telah ditebang, dicabut dan dirobohkan sampai ke akar-akarnya. Dan di muka kebun berdiri lelaki bengis yang mengangkat pedangnya kepada siapa saja yang hendak memasuki kebun itu untuk menanam pohon. Kemudian kamu tetap bersikeras tinggal di negeri tersebut. Tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak berani mengucap sepatah katapun. Tidak bisa duduk di masjid bersama dua atau tiga orang pemuda yang mendapatkan tarbiyah menurut ajaran Kitabullah. Maka di mana udzurmu di hadapan Robbul ‘Alamin pada hari kiamat nanti???
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kalian ini?” mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (kami Mekkah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian dapat berhijrah ke sana?” maka mereka tempat kembalinya adalah neraka jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali”. (Qs. An Nisa’: 97).