Minggu, 26 Januari 2014

 
Mengapa orang kafir justru hartanya melimpah? ...
Mengapa ada orang yang bermaksiat justru bisnisnya maju pesat?

Renungkanlah firman Allah SubhanahuWaTa'ala (yang artinya):

"Janganlah engkau ta'jub dengan harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menyiksa mereka dengannya dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka sedang mereka dalam keadaan kafir." [QS. At Taubah: 55]

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." [QS. Al An'aam: 44]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Jika engkau melihat seorang hamba yang senantiasa diberi kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara dia senantiasa berada dalam kemaksiatan, maka itulah istidroj (diulur-ulur)." [Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi]
 
Mengapa orang kafir justru hartanya melimpah? ... Mengapa ada orang yang bermaksiat justru bisnisnya maju pesat? Renungkanlah firman Allah SubhanahuWaTa'ala
Mengapa orang kafir justru hartanya melimpah? ...
Mengapa ada orang yang bermaksiat justru bisnisnya maju pesat?

Renungkanlah firman Allah SubhanahuWaTa'ala (yang artinya):
...
"Janganlah engkau ta'jub dengan harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menyiksa mereka dengannya dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka sedang mereka dalam keadaan kafir." [QS. At Taubah: 55]

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." [QS. Al An'aam: 44]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Jika engkau melihat seorang hamba yang senantiasa diberi kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara dia senantiasa berada dalam kemaksiatan, maka itulah istidroj (diulur-ulur)." [Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi]