Written By Gbrak News on Minggu, 20 Juli 2014 | 04.32
GebrakNews - Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, mendadak terjadi perubahan pada agenda kedatangan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton ke Indonesia pada 19 Juli 2014, bersamaan dengan momentum pengumuman hasil pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli 2014 mendatang diprediksi bakal menuai protes keras rakyat Indonesia.
Mantan Presiden AS, Bill Clinton semula berencana hanya mengunjungi Banda Aceh dan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sebelum melanjutkan perjalanannya ke Papua New Guinea, tiba- tiba mengubah rencananya dengan terbang langsung ke Jakarta pada tengah malam tadi (20/7/14).
Pesawat Clinton dan rombongan yang berjumlah sekitar 60 orang, di antaranya 6 orang agen Secret Service (pasukan khusus pengawal presiden dan mantan presiden Amerika Serikat) telah mendarat di lapangan udara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten pada pukul 00.40 WIB, Minggu 20 Juli 2014 tadi.
Mayoritas rakyat Indonesia tidak percaya kedatangan Clinton ke Jakarta ini sebagai suatu hal yang kebetulan. Clinton datang ke Indonesia dipastikan untuk tujuan politik dan sangat mungkin dalam rangka menekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, terutama untuk membantu memenangkan pasangan calon presiden Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla dengan segala cara.
Menanggapi kedatangan Clinton ke Jakarta, aktivis pergerakan yang juga tokoh oposisi pada masa Orde Baru, Sri Bintang Pamungkas, punya penilaian sendiri. Menurut Sri Bintang, kedatangan Clinton ini sangat terkait erat dengan Pilpres. Bahkan bisa dikatakan, tujuan utama Clinton datang ke Indonesia memang terkait dengan Pilpres, yakni ingin melakukan intervensi terhadap pilpres 2014 yang sebenarnya adalah urusan dalam negeri Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Menurut Bintang, Clinton punya hubungan baik dengan orang-orang yang ada di Indonesia. Mereka adalah Harry Tjan Silalahi, yang merupakan salah seorang pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Clinton juga sangat dekat dengan James Riady, pemilik Lippo Group, yang menjadi sahabat karibnya sejak tahun 1986.
“Trio Bill Clinton, Hari Tjan dan James Riady berhasil menjatuhkan Soeharto pada Mei 1998,” kata Sri Bintang minggu lalu (13/7/14).
Setelah menjatuhkan Soeharto, lanjut Bintang, Trio ini terus bergerak untuk merekayasa kasus bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI), yang merugikan Indonesia lebih dari Rp600 triliun.
Setelah membuat rekayasa agar terjadi krisis moneter yang membangkrutkan Indonesia, Trio ini juga berperan besar di balik lepasnya Timor-Timur dari Indonesia dan berada di balik jatuhnya Presiden Habibie, serta Presiden Abdurrahman Wahid. Trio ini pun bergerak dalam upaya melakukan amandemen UUD 1945 sehingga sangat liberal dan jauh dari nilai-nilai Pancasila yang menjadi ideologi negara Indonesia.
Menurut Bintang, posisi Clinton sempat digantikan oleh George Bush. Dan Bush inilah yang memaksakan agar ada UU Terorisme disahkan. Sementara itu, posisi Harry Tjan di CSIS juga sudah mulai digantikan oleh Jusuf Wanandi, kakak kandung pengusaha tionghoa yang dikenal rasis dan antipribumi - Islam Sofyan Wanandi dan Rudi Wanandi (Gemala dan Wahana Tata Grup).
“Bush, Jusuf Wanandi CSIS, dan James Riady berhasil menjatuhkan Megawati, dan berusaha menyandera Presiden SBY,” ungkap Bintang, yang juga mantan Ketua Umum Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI), partai yang berdiri ketika rezim Orba berkusa.
“Kini, Barack Obama minta tolong ke Clinton untuk datang ke Jakarta dan membantu James Riady, CSIS serta kelompok minoritas tionghoa untuk mendukung Joko-Kalla dalam Pilpres 2014,” (ST/021)
Mantan Presiden AS, Bill Clinton semula berencana hanya mengunjungi Banda Aceh dan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sebelum melanjutkan perjalanannya ke Papua New Guinea, tiba- tiba mengubah rencananya dengan terbang langsung ke Jakarta pada tengah malam tadi (20/7/14).
Pesawat Clinton dan rombongan yang berjumlah sekitar 60 orang, di antaranya 6 orang agen Secret Service (pasukan khusus pengawal presiden dan mantan presiden Amerika Serikat) telah mendarat di lapangan udara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten pada pukul 00.40 WIB, Minggu 20 Juli 2014 tadi.
Mayoritas rakyat Indonesia tidak percaya kedatangan Clinton ke Jakarta ini sebagai suatu hal yang kebetulan. Clinton datang ke Indonesia dipastikan untuk tujuan politik dan sangat mungkin dalam rangka menekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, terutama untuk membantu memenangkan pasangan calon presiden Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla dengan segala cara.
Menanggapi kedatangan Clinton ke Jakarta, aktivis pergerakan yang juga tokoh oposisi pada masa Orde Baru, Sri Bintang Pamungkas, punya penilaian sendiri. Menurut Sri Bintang, kedatangan Clinton ini sangat terkait erat dengan Pilpres. Bahkan bisa dikatakan, tujuan utama Clinton datang ke Indonesia memang terkait dengan Pilpres, yakni ingin melakukan intervensi terhadap pilpres 2014 yang sebenarnya adalah urusan dalam negeri Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Menurut Bintang, Clinton punya hubungan baik dengan orang-orang yang ada di Indonesia. Mereka adalah Harry Tjan Silalahi, yang merupakan salah seorang pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Clinton juga sangat dekat dengan James Riady, pemilik Lippo Group, yang menjadi sahabat karibnya sejak tahun 1986.
“Trio Bill Clinton, Hari Tjan dan James Riady berhasil menjatuhkan Soeharto pada Mei 1998,” kata Sri Bintang minggu lalu (13/7/14).
Setelah menjatuhkan Soeharto, lanjut Bintang, Trio ini terus bergerak untuk merekayasa kasus bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI), yang merugikan Indonesia lebih dari Rp600 triliun.
Setelah membuat rekayasa agar terjadi krisis moneter yang membangkrutkan Indonesia, Trio ini juga berperan besar di balik lepasnya Timor-Timur dari Indonesia dan berada di balik jatuhnya Presiden Habibie, serta Presiden Abdurrahman Wahid. Trio ini pun bergerak dalam upaya melakukan amandemen UUD 1945 sehingga sangat liberal dan jauh dari nilai-nilai Pancasila yang menjadi ideologi negara Indonesia.
Menurut Bintang, posisi Clinton sempat digantikan oleh George Bush. Dan Bush inilah yang memaksakan agar ada UU Terorisme disahkan. Sementara itu, posisi Harry Tjan di CSIS juga sudah mulai digantikan oleh Jusuf Wanandi, kakak kandung pengusaha tionghoa yang dikenal rasis dan antipribumi - Islam Sofyan Wanandi dan Rudi Wanandi (Gemala dan Wahana Tata Grup).
“Bush, Jusuf Wanandi CSIS, dan James Riady berhasil menjatuhkan Megawati, dan berusaha menyandera Presiden SBY,” ungkap Bintang, yang juga mantan Ketua Umum Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI), partai yang berdiri ketika rezim Orba berkusa.
“Kini, Barack Obama minta tolong ke Clinton untuk datang ke Jakarta dan membantu James Riady, CSIS serta kelompok minoritas tionghoa untuk mendukung Joko-Kalla dalam Pilpres 2014,” (ST/021)