Saya ingin mempertegas kembali bahwa: JOKOWI adalah pembohong dan penipu ulung. Pernyataan ini bila dianggap fitnah, maka saya persilakan untuk melapor ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. Namun saya yakin, si pembohong dan para pengikutnya tak punya nyali untuk menyeret saya ke jalur hukum !
Untuk sebagian orang yang berpura-pura santun, akan mencibir sikap tegas saya dengan apa yang biasanya mereka sebut sebagai "tindakan yang tidak terpuji". Sembari melontarkan alasan "klasik", bahwa: "apapun kekurangan seorang pemimpin, sebagai rakyat kita mesti bersikap hormat kepadanya...".
Pandangan sempit berkedok moralitas itu patut dipertanyakan: Apakah benar Jokowi layaknya disebut sebagai seorang pemimpin...? Saya katakan tidak !
Jokowi justru di mata saya adalah figur karbitan yang secara instan dihadirkan untuk menjalankan agenda politik pembodohan kepada publik. Atau tepatnya "figur boneka" dari hasil kreasi sajian media massa yang disokong oleh kelompok pemburu kekuasaan di jalur politik cepat saji jelang pemilu presiden 2014.
Tak heran, mantan Walikota Solo itu muncul dengan berbagai berita yang menggempita, menyihir perasaan dan pikiran rakyat. Sebagian besar masyarakat awam terjebak atas penampilan palsunya. Tapi mereka yang masih berpikir waras, merespon lakon Jokowi tak lebih adalah sebuah lelucon paling menggelikan.
Bukan hanya sebagian kalangan masyarakat awam tertipu oleh pencitraan Jokowi. Namun celakanya, sejumlah tokoh publik pun ikut mengambil peran dalam rupa akal-akalan untuk mempromosikan Jokowi sebagai figur pemimpin yang diklaim bersih, jujur dan merakyat. Maka lengkap sudah kebohongan sang "capres boneka" tersebut.
Siapa di balik Jokowi...?
Dalam dua bulan terakhir ini, muncul berbagai pemberitaan yang mengungkap fakta tersembunyi di balik pencitraan Jokowi. Mulai dari skandal korupsi proyek pengadaan Bus karatan Trans Jakarta hingga kontraversi keterlibatan sederetan konglomerat hitam yang disinyalir sebagai penyokong finansial operasi politik Jokowi dalam perhelatan pilpres.
Kasus korupsi Trans Jakarta telah membuka mata publik, betapa Jokowi yang disebut-sebut bersih dan jujur, ternyata terlibat mangais untung di jalur culas atas skandal penyelewengan anggaran negara senilai 1,5 triliun rupiah. Selain itu, temuan BPK dengan gamblang membeberkan adanya praktek penyimpangan keuangan APBD DKI Jakarta bernilai teriliun rupiah.
Tidak hanya itu, misi politik Jokowi sebagai calon presiden yang diusung oleh PDIP dan mitra koalisinya, secara perlahan menuai koreksi kritis dari berbagai kalangan. Satu persatu ihwal kepribadiannya disoroti secara serius. Diantaranya publik menemukan adanya konspirasi terselubung di balik maksud dan tujuan untuk menghadirkan Jokowi sebagai capres boneka.
Terbongkarnya konspirasi jahat itu, terbaca dari lontaran pernyataan sinis dan hasutan yang digulirkan oleh dedengkot misionaris katolik, pengusaha nakal keturunan Tionghoa serta para tokoh politisi busuk. Yang intinya ngotot dan penuh ambisi untuk mengusung Jokowi ke tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini.
Sebut saja, misionaris katolik Franz Magnis Suseno mengancam bila Jokowi tidak terpilih menjadi presiden maka Indonesia akan rusuh. Pernyataan provokatif itu kemudian diikuti oleh penegasan berupa ancaman dari "pengusaha nakal" Sofjan Wanandi berdarah Tionghoa bahwa: Bila Prabowo yang terpilih menjadi presiden, 75 persen investor asing akan hengkang dari Indonesia. Sebaliknya jika Jokowi yang terpilih maka investor asing akan berbondang-bondang masuk ke Indonesia.
Lebih jauh jaringan pers pendukung Jokowi tanpa henti-hentinya menggulir serangkaian opini dan berita yang menyesatkan. Metro tv dan kompas sebagai corong utama misi politik Jokowi, secara sporadis menggiring rakyat untuk melancarkan permusuhan dan kebencian kepada calon presiden Prabowo Subianto dengan berbagai isu kedengkian dan fitnah.
Masih banyak lagi fakta tentang keterlibatan pihak-pihak lainnya yang bermain curang untuk tujuan mempermulus ambisi Jokowi menjadi presiden. Namun semua itu akhirnya justru menjadi konraproduktif. Lebih-lebih permainan politik kotor tersebut sama sekali tidak mendapat tempat di hati mayoritas rakyat yang tengah menjalankan ibadah ramadhan.
Harus diakui, perhelatan pilpres yang bertepatan dengan bulan suci ramadhan, telah memberi pengaruh yang signifikan. Di mana sangat terasa adanya campur tangan Tuhan untuk menyadarkan ummatnya bahwa: Konspirasi politik jahat yang dimainkan oleh kubu Jokowi adalah sesuatu yang haram dan patut untuk dilawan oleh kaum beriman.
Singkatnya, berkah bulan suci ramadhan menunjukan dengan nyata berbagai kebohongan dan kemunafikan Jokowi terungkap di ruang publik. Tuhan tidak diam dan membiarkan ummatnya dizalimi oleh sekelompok orang yang hendak bermaksud menghancurkan masa depan negeri ini. Terima kasih Allah !
salam
by Faizal Assegaf
Ketua Progres 98