BNPT menumpas pengaruh ISIL di Indonesia
Pihak berwenang sedang berupaya untuk membendung aliran jihadis muda Indonesia menuju keluar negeri.
Oleh Maeswara Palupi untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta
Juni 24, 2014
Kepala kontraterorisme Indonesia mengatakan lembaganya sedang sibuk bekerja untuk mencegah kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) menyebarkan pengaruhnya di seluruh nusantara.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sedang melacak aktivitas pendukung ISIL di Indonesia dan menghalangi kaum muda Indonesia pergi ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok tersebut, jelas kepala BNPT Ansyaad Mbai kepada Khabar Southeast Asia.
"Kami telah memantau dukungan terbuka mereka untuk ISIL, khususnya melalui media sosial," katanya.
BNPT memfokuskan upaya untuk memadamkan semangat jihad militan di Indonesia dan melakukan deradikalisasi ekstremis di dalam negeri, kata Ansyaad. "Indonesia memiliki pengalaman dengan ratusan orang yang melancarkan jihad di Afghanistan pada akhir 1990-an. ISIL mirip dengan al-Qaeda.
"Semua jihadis akan mengikuti pelatihan sebagai Mujahidin, termasuk penggunaan senjata. Keprihatinan BNPT adalah apa yang akan mereka lakukan setelah kembali ke Indonesia."
Kebanyakan relawan ISIL Indonesia berasal dari kelompok sempalan Jemaah Islamiyah (JI), Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), danNegara Islam Indonesia (NII), kata Ansyaad.
ISIL: ancaman untuk Indonesia
ISIL, sebuah kelompok ekstrimis yang terilhami al-Qaeda, secara bersamaan melawan pemerintah Suriah dan Irak untuk mendirikan sebuah negara Islam regional. Akhir-akhir ini, kemenangan wilayah di Irak oleh pasukan ISIL mengancam integritas dan stabilitas negara tersebut.
Basis dukungannya di Indonesia tampaknya tumbuh: pada tanggal 16 Juni, pendukung ISIL berunjuk rasa di Jakarta.
Jihadis Indonesia diyakini di antara banyak orang asing di jajaran ISIL. Banyak kaum radikal muda pergi dari Indonesia ke Suriah atau Irak melalui negara-negara Timur Tengah lainnya, ujar ahli terorisme Taufik Andrie, ketua Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP).
"Kedutaan kami di negara-negara tersebut harus waspada. Ini penting karena dampak yang berpotensi berbahaya di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang ketika mereka kembali pulang," katanya kepada Khabar.
Juga mengkhawatirkan, kata Andrie, bila mantan teroris Indonesia melanjutkan karier teroris mereka di Suriah atau Irak.
"Abu Sulaiman Aman Abdurrahman adalah mantan teroris yang terlibat di kamp militan di Aceh. Pada tahun 2010, ia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Dia dilaporkan telah mengumumkan dukungannya bagi ISIL secara terbuka di internet," tambahnya.
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, memperingatkan pemerintah Indonesia harus segera memulangkan warga yang terlibat dalam jihad di Suriah dan Irak atau menghadapi kemungkinan konsekuensi masa depan yang mengerikan di dalam negeri.
"Situasi di Suriah dan Irak lebih rumit daripada apa yang telah kita lihat. Untuk Indonesia, efeknya bisa mengkhawatirkan dalam jangka panjang," katanya kepada Khabar.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sedang melacak aktivitas pendukung ISIL di Indonesia dan menghalangi kaum muda Indonesia pergi ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok tersebut, jelas kepala BNPT Ansyaad Mbai kepada Khabar Southeast Asia.
"Kami telah memantau dukungan terbuka mereka untuk ISIL, khususnya melalui media sosial," katanya.
BNPT memfokuskan upaya untuk memadamkan semangat jihad militan di Indonesia dan melakukan deradikalisasi ekstremis di dalam negeri, kata Ansyaad. "Indonesia memiliki pengalaman dengan ratusan orang yang melancarkan jihad di Afghanistan pada akhir 1990-an. ISIL mirip dengan al-Qaeda.
"Semua jihadis akan mengikuti pelatihan sebagai Mujahidin, termasuk penggunaan senjata. Keprihatinan BNPT adalah apa yang akan mereka lakukan setelah kembali ke Indonesia."
Kebanyakan relawan ISIL Indonesia berasal dari kelompok sempalan Jemaah Islamiyah (JI), Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), danNegara Islam Indonesia (NII), kata Ansyaad.
ISIL: ancaman untuk Indonesia
ISIL, sebuah kelompok ekstrimis yang terilhami al-Qaeda, secara bersamaan melawan pemerintah Suriah dan Irak untuk mendirikan sebuah negara Islam regional. Akhir-akhir ini, kemenangan wilayah di Irak oleh pasukan ISIL mengancam integritas dan stabilitas negara tersebut.
Basis dukungannya di Indonesia tampaknya tumbuh: pada tanggal 16 Juni, pendukung ISIL berunjuk rasa di Jakarta.
Jihadis Indonesia diyakini di antara banyak orang asing di jajaran ISIL. Banyak kaum radikal muda pergi dari Indonesia ke Suriah atau Irak melalui negara-negara Timur Tengah lainnya, ujar ahli terorisme Taufik Andrie, ketua Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP).
"Kedutaan kami di negara-negara tersebut harus waspada. Ini penting karena dampak yang berpotensi berbahaya di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang ketika mereka kembali pulang," katanya kepada Khabar.
Juga mengkhawatirkan, kata Andrie, bila mantan teroris Indonesia melanjutkan karier teroris mereka di Suriah atau Irak.
"Abu Sulaiman Aman Abdurrahman adalah mantan teroris yang terlibat di kamp militan di Aceh. Pada tahun 2010, ia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Dia dilaporkan telah mengumumkan dukungannya bagi ISIL secara terbuka di internet," tambahnya.
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, memperingatkan pemerintah Indonesia harus segera memulangkan warga yang terlibat dalam jihad di Suriah dan Irak atau menghadapi kemungkinan konsekuensi masa depan yang mengerikan di dalam negeri.
"Situasi di Suriah dan Irak lebih rumit daripada apa yang telah kita lihat. Untuk Indonesia, efeknya bisa mengkhawatirkan dalam jangka panjang," katanya kepada Khabar.

