Selasa, 08 Juli 2014

Kenali lebih dalam Jkarta Post yg telah menghina Islam dengan karikaturnya
KENALI MUSUH ISLAM
Apa & Siapa dibelakang The Jakarta Post ?
KARIKATUR simbol Islam yang dilakukan oleh surat kabar nasional berbahasa Inggris The Jakarta Post ...menuai reaksi keras dari sebagian umat Islam Indonesia, utamanya di media sosial. Dalam edisi hari Kamis 3 Juli 2014 lalu, surat kabar tersebut memuat sebuah karikatur soal simbol Islam dalam ukuran yang cukup besar. Bagaimana sejarah Jakarta Post?
Dikutip dari wikipedia, The Jakarta Post adalah sebuah harian berbahasa Inggris di Indonesia. Harian ini dimiliki oleh PT Bina Media Tenggara yang berkantor pusat di Jakarta.
The Jakarta Post didirikan oleh gabungan antara empat media Indonesia atas desakan dari Menteri Penerangan Ali Moertopo dan politikus Jusuf Wanandi. Setelah pertama kali terbit tanggal 25 April 1983, The Jakarta Post selama beberapa tahun dapat bertahan hanya dengan beberapa iklan dan sirkulasinya makin meningkat.
Setelah pergantian kepala editor tahun 1991, harian ini mulai mengambil posisi pro-demokrasi. The Jakarta Post adalah salah satu harian Indonesia berbahasa Inggris yang selamat dari krisis keuangan Asia 1997 dan saat ini memiliki sirkulasi sebesar 40.000 eksemplar.
The Jakarta Post juga memiliki edisi Minggu (Sunday) dan Daring (Online), yang isinya tidak diterbitkan di edisi cetak harian. Sasaran pembaca harian ini adalah masyarakat asing dan masyarakat Indonesia yang berpendidikan, meskipun jumlah pembaca Indonesia dari kelas menengah juga terus meningkat. Dikenal sebagai tempat latihan para wartawan lokal dan internasional, The Jakarta Post telah memenangkan sejumlah penghargaan dan dijuluki sebagai “harian berbahasa Inggris paling terkemuka di Indonesia”.
Soal kartun yang dianggap menghina Islam, melalui situs thejakartapost.com pada hari Senin 7 Juli 2014 yang dirilis pukul 11:50 siang, pihak redaksi The Jakarta Post memuat tulisan yang berjudul “Apology” (permintaan maaf, red).
“Kami sungguh-sungguh meminta maaf dan menarik kembali kartun editorial yang dicetak pada halaman 7, edisi 3 Juli 2014 dari surat kabar The Jakarta Post.
Kartun tersebut berisi simbolisme agama yang mungkin telah menyinggung sebagian orang.
The Post menyesalkan adanya kesalahan dalam keputusan itu, yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk memfitnah atau tidak menghormati agama apapun,” demikian tulis The Jakarta Post. [Sumber: wikipedia]