Diposkan oleh Bersama Dakwah pada Rabu, 09 Juli 2014 | 07.04 WIB
Media berbahasa Inggris The Jakarta Post sudah meminta maaf atas pemuatan kartun yang diprotes masyarakat karena menghina Islam. Namun, Tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla membela media pendukung Jokowi itu. Ia menyatakan, karikatur itu tidak menghina Islam. Seperti diketahui, Ulil juga salah satu pendukung Jokowi, sama seperti The Jakarta Post.
"Kartun @jakpost itu kritik dan ejekan terhadap ISIS sbg kelompok brutal yg membunuhi sesama Muslim. Bukan hinaan atas kalimah syahadat," kata Ulil dalam akun Twitter pribadinya, @ulil, Selasa (8/7).
Ulil menilai memprotes karikatur The Jakarta Post dengan alasan telah menghina Islam tidak tepat. Protes ini, justru menimbulkan kesan bahwa umat Islam di Indonesia mendukung ISIS. Makna yang tepat untuk karikatur tersebut, lanjutnya, adalah ISIS yang membajak Islam dengan kalimat sahadat untuk menimbulkan teror.
Menurutnya pihak yang memprotes karikatur The Jakarta Post mungkin tidak mengerti konteks karikatur tersebut. Yang lebih tepat, ia menambahkan, justru umat Islam protes terhadap ISIS karena kelompok ini justru memperburuk luar biasa citra Islam.
Yang dilihat dalam karikatur The Jakarta Post, tambah Ulil, adalah bendera ISIS, bukan kalimat sahadat. Ia menduga masih banyak pihak yang belum mengetahuinya. Karikatur ini justru kritik dan ejekan terhadap ISIS sebagai kelompok brutal yang membunuhi sesama muslim.
"Gara2 ISIS, orang di luar Islam bisa punya kesan (saya bilang, BISA), Islam sama dengan agama yg isinya teror dan pembunuhan. ISIS justru bisa menghapus citra Islam yg rahmatan lil alamin yg digembar-gemborkan selama ini," ucap politisi Partai Demokrat ini.
Jadi, ia mengimbau seharusnya umat Islam protes pada ISIS sekeras-kerasnya karena telah membajak Islam, bukan malah memprotes kartun tentang ISIS di The Jakarta Post. "Sekali lagi bedakan antara bendera ISIS dan kalimah syahadat. Jangan dicampur-adukkan," belanya. [Jj/ROL/bersamadakwah]
"Kartun @jakpost itu kritik dan ejekan terhadap ISIS sbg kelompok brutal yg membunuhi sesama Muslim. Bukan hinaan atas kalimah syahadat," kata Ulil dalam akun Twitter pribadinya, @ulil, Selasa (8/7).
Ulil menilai memprotes karikatur The Jakarta Post dengan alasan telah menghina Islam tidak tepat. Protes ini, justru menimbulkan kesan bahwa umat Islam di Indonesia mendukung ISIS. Makna yang tepat untuk karikatur tersebut, lanjutnya, adalah ISIS yang membajak Islam dengan kalimat sahadat untuk menimbulkan teror.
Menurutnya pihak yang memprotes karikatur The Jakarta Post mungkin tidak mengerti konteks karikatur tersebut. Yang lebih tepat, ia menambahkan, justru umat Islam protes terhadap ISIS karena kelompok ini justru memperburuk luar biasa citra Islam.
Yang dilihat dalam karikatur The Jakarta Post, tambah Ulil, adalah bendera ISIS, bukan kalimat sahadat. Ia menduga masih banyak pihak yang belum mengetahuinya. Karikatur ini justru kritik dan ejekan terhadap ISIS sebagai kelompok brutal yang membunuhi sesama muslim.
"Gara2 ISIS, orang di luar Islam bisa punya kesan (saya bilang, BISA), Islam sama dengan agama yg isinya teror dan pembunuhan. ISIS justru bisa menghapus citra Islam yg rahmatan lil alamin yg digembar-gemborkan selama ini," ucap politisi Partai Demokrat ini.
Jadi, ia mengimbau seharusnya umat Islam protes pada ISIS sekeras-kerasnya karena telah membajak Islam, bukan malah memprotes kartun tentang ISIS di The Jakarta Post. "Sekali lagi bedakan antara bendera ISIS dan kalimah syahadat. Jangan dicampur-adukkan," belanya. [Jj/ROL/bersamadakwah]