Ada Kekuatan Besar Lindungi Ahok
Posted by KabarNet pada 13/09/2014
Jakarta – KabarNet: Perilaku Ahok atau Zang Wan Xie alias Basuki Indra (nama pertama sebelum diganti karena terlibat kasus pidana penambangan liar di Polda Babel) atau dikenal dengan nama baru Basuki Tjahja Purnama yang bebas berbuat sesuka hati, melanggar banyak aturan, mencaci-maki, dan menghujat berbagai kalangan, mulai dari ormas Islam seperti Muhammadiyah, etnis Betawi, hingga terakhir menghina seluruh pejabat DKI Jakarta sebagai pejabat munafik dan bajingan, dapat terus dilakukannya disebabkan adanya kekuatan besar yang melindungi Wakil Gubernur DKI Jakarta itu. “Sama seperti Jokowi, Ahok juga proxy konspirasi global dan mafia Cina,” ungkap Raden Nuh, panelis pada diskusi “Mencari Gubernur Jakarta Terbaik” di Hotel Luwansa, Kuningan Jakarta Selatan, Kamis 11 September 2014.
Manuver-manuver Ahok termasuk pernyataannya yang selalu kontraproduktif dan destruktif, lanjut Raden, lebih ditujukan untuk pengalihan isu tertentu, seperti kegagalan Jokowi-Ahok memimpin Jakarta. Demikian juga, perseteruan Ahok dengan Partai Gerindra, menurut Raden, lebih ditujukan untuk pengalihan isu korupsi bus TransJakarta, yang keterlibatan Jokowi begitu nyata dan tinggal selangkah lagi ditetapkan sebagai tersangka. “Hati-hati, jangan terseret isu Ahok versus Gerindra,” ujar Raden.
Pengunduran diri Ahok dari Partai Gerindra pun ternyata tidak serta-merta meredakan ketegangan akibat perseteruan Ahok dengan Gerindra. Ahok yang kini sudah menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta mengatakan dirinya punya alasan tersendiri untuk keluar dari Partai Gerindra, tanpa berdialog terlebih dulu dengan Prabowo Subianto selaku pendiri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ataupun dengan elite Gerindra yang lain.
Menurut Ahok, perbedaan pandangan antara dia dan Gerindra sudah terlalu jauh sehingga tidak bisa diselesaikan dengan dialog. Ia memprediksi, jika tak mengundurkan diri, cepat atau lambat, Gerindra pasti akan memberhentikan dirinya. “Kalau saya datang dulu ke sana, padahal orang sudah ngotot mau ‘bagi-bagi kue’ kepala daerah, saya mau berargumentasi sampai dower pun enggak akan diterima. Kalau saya datang duluan, sudah tidak bisa ketemu dan mereka tidak bisa yakinkan saya untuk tidak mundur karena mereka akan pecat saya kan,” katanya di Balaikota Jakarta, Jumat 12 September 2014.
Alasan Ahok menolak bertemu para petinggi Gerindra karena ada permintaan “bagi-bagi kue” dipatahkan oleh Raden Nuh, yang dihubungi dalam kesempatan berbeda, Jumat 12 September 2014. Raden menuding Ahok telah memutar balik fakta. Karena, kata Raden, selama menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok banyak melakukan penyimpangan dan korupsi yang merugikan negara.
“Ahok terbukti KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) dengan menyetujui penunjukan PT Ortus milik Edward Suryadjaja sebagai pemenang dan pelaksana proyek MRT Jakarta. Ahok pernah menunjuk langsung tanpa lelang PT Astek sebagai konsultan Jamkesda. Lebih parah lagi, Ahok menunjuk kontraktor-kontraktor Cina sebagai pelaksana berbagai proyek di Jakarta, terutama Jakarta Water Front City,” ungkap Raden Nuh, yang juga dikenal luas sebagai mantan pencetus akun Twitter antikorupsi Triomacan2000 (yang kini bernama @TM2000Back).
Mantan aktivis mahasiswa awal 1990-an itu menambahkan, penunjukan PT Ortus milik Edward Suryadjaja sebagai pemenang proyek MRT tak lain karena Edward adalah donatur dan sponsor Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. “Sampai hari ini, Ahok bisa lolos dari jeratan hukum karena ada kekuatan besar di belakangnya melindungi,” ujar Raden.
Akan halnya penunjukan perusahaan-perusahaan asing asal Cina untuk mengerjakan proyek raksasa Jakarta Water Front City bernilai ratusan triliun rupiah itu membuktikan Ahok tak lebih dari kacung agen pemerintah RRC James Riady, tambah Raden.
Meski demikian, kata Raden lagi, Ahok menganggap keputusan yang ia ambil sudah tepat karena sudah dipertimbangkan secara matang. Ahok menegaskan, ia bukan politisi “kemarin sore” yang gampang dibohongi. “Sebelum mereka mengatakan pecat, gue udah mengundurkan diri dulu. Makanya, saya juga enggak terlalu bodoh, kok. Saya sudah 11 tahun di dunia politik. Jadi, sudah banyak pengalaman,” ujar Ahok.
Menurut Raden, pengunduran diri Ahok sebagai kader merupakan berkah untuk Partai Gerindra karena kerugian atau rusaknya citra Gerindra akibat sikap dan perilaku Ahok yang mirip preman pasar dan kriminal selama menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta. “Sejak awal menjabat Wakil Gubernur Jakarta, Ahok lebih banyak mendatangkan mudarat, tidak hanya bagi Gerindra, tapi juga bagi rakyat Jakarta dan Indonesia,” ungkap Raden. [KbrNet/Slm]