Jumat, 05 September 2014

Demokrat: Kebiasaan Jual Aset Negara Harus Distop

Politikus PDIP Maruarar Sirait usul agar pesawat kepresidenan dijual.

ddd
Rabu, 3 September 2014, 12:53
Pesawat Kepresidenan Republik Indonesia Boeing seri 737-800 BBJ II.
Pesawat Kepresidenan Republik Indonesia Boeing seri 737-800 BBJ II.(VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
VIVAnews - Ketua DPR Marzuki Alie angkat bicara terkait usulan penjualan pesawat kepresidenan yang baru saja dibeli oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Usulan itu dilontarkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Maruarar Sirait. Bahkan, Ara -panggilan akrab Maruarar- berencana akan menemui Presiden terpilih Joko Widodo untuk menyampaikan usulannya itu.

Menurut Marzuki, banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghemat anggaran negara daripada menjual pesawat kepresidenan.

"Masalahnya ini aset negara. Banyak hal yang bisa dilakukan penghematan ketimbang menjual aset negara tersebut," kata Marzuki, Rabu 3 September 2014.

Meski begitu, politikus Partai Demokrat itu mempersilakan Presiden terpilih Joko Widodo untuk mengambil keputusan terbaik. Namun, bukan menjual-jual aset negara.

"Silakan saja, kita dukung kalau idenya bagus. Setiap pemerintahan punya kebijakan masing-masing. Sepanjang tidak rugi silakan saja," tuturnya.

Stop hobi jual aset
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengimbau agar pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak membiasakan diri untuk menjual aset negara.

Dia meminta kebijakan menjual aset negara yang diambil oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden, tidak ditiru oleh Jokowi-JK.

"Dulu waktu memerintah hobinya menjual aset. Jadi belum memerintah pun niatnya menjual aset lagi, tanpa menghargai, tanpa evaluasi," ujar Nurhayati.
Ketua Fraksi Demokrat itu mengatakan pembelian pesawat kepresidenan itu sudah melalui berbagai pertimbangan. Presiden SBY, kata dia, selalu mengutamakan efisiensi untuk kepentingan rakyat.

"Tidak serta merta ketika dia menjadi presiden kemudian membeli pesawat. Tapi beliau berhitung dulu perlu atau tidak," ujar dia.
Indosat
Masalah penjualan aset ini sempat mencuat dalam Debat Calon Presiden 2014. Calon presiden Prabowo Subianto bertanya kepada Joko Widodo soal penjualan perusahaan telekomunikasi Indosat pada pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Pertanyaan itu dilontarkan Prabowo dalam sesi pendalaman debat capres tahap ketiga bertema politik internasional dan ketahanan nasional yang digelar di Hotel Holiday Inn, Jakarta, Minggu malam 22 Juni lalu.
Kala itu, Jokowi menjawab, penjualan Indosat dilakukan karena Indonesia saat itu dilanda krisis berat. “Tahun 1998 itu krisis berat. Pada saat Ibu Mega menjadi presiden, ekonomi masih belum baik. Kondisi krisis dan normal tentu berbeda. Tidak bisa dibandingkan,” kata mantan Wali Kota Solo itu. (ita)