Rabu, 27 Agustus 2014

Cina Selatan adalah suku Han yg sangat anti dgn agama, mrk membantai muslim uighur d Xinjian & nasrani d Tiananmen besar2an.. Sejak awal Masehi cina suku Han migrasi besar2an k Nusantara, & merekalah yg sekarang kuasai ekonomi INDONesia dgn licik & menghalalkan segala cara..
Negara INDONesia mayoritas muslim hampir 250juta jiwa, mampu d lemahkan & d tindas Cina perantau suku Han, kenapa?? Bukankah hal aneh penduduk Muslim 250juta jiwa mampu d jajah minoritas 13juta jiwa?? apakah sadar akan JADI APA muslim2 kdepannya?? apa masih sudi d jajah & jadi penduduk no 3.. krn org kaya muslim cuma 1%.. JIKA TIDAK MENYUSUN STRATEGI DARI SEKARANG, MAKA DGN MUDAH KALIAN PUNAH, KRN CINA SUKSES MEMBUAT SATU SAMA LAINnya TIDAK KOMPAK & SALING CURIGA..


Hayo, mikir poro sederek kabeh.
============================
Waspadai Skema Zona Ekonomi Khusus Cina di Indonesia
Seiring dengan masuknya investasi besar-besara ke Indonesia, Cina meminta Kawasan Ekonomi Khusus kepada pemerintah Indonesia. Diberlakukannya Zona Ekonomi maka Cina akan punya daerah jajahan di tanah air kita seraya membawa serta uang, sumberdaya manusia dan pabrik-pabriknya ke Indonesia secara serentak.
Ada satu perkembangan yang cukup mengkhawatirkan dalam beberapa waktu ke depan, seiring dengan kemunculan pemerintahan baru Jokowi-Jusuf Kalla Oktober mendatang. Seusai pertemuan antara Menko Perekonomian Chairul Tanjung dan Duta Besar Cina H.E. liu Jianchao, Cina akan menetapkan Indonesia sebagai wilayah target investasinya. Bahkan bukan itu saja. Cina ingin masuk dalam satu kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia.
Tak pelak lagi ini merupakan isyarat bahwa pemerintah Indonesia telah membuka pintu lebar-lebar bagi para Taipan Pesisir Cina Selatan untuk melakukan invasi ekonomi ke beberapa wilayah yang punya nilai strategis secara geopolitik di Indonesia.
Betapa tidak. Di Bitung, salah satu kota di Sulawesi Utara, Cina akan membangun kawasan perindustrian secara menyeluruh, berikut infrastrukturnya seperti pelabuhan dan bandara, dalam satu kompleks. Jika kita tidak berhasil mengetahui agenda-agenda tersembunyi Cina, maka bisa dipastikan akan menjadi bencana geopolitik bagi Indonesia.
Sebab bisa-bisa, lapangan udara maupun pelabuhan-pelabuhan vital kita, secara Hankam akan sepenuhnya berada dalam kekuasaan negara asing. Apalagi Sulawesi Utara secara geostrategi, dipandang sebagai pintu masuk Indonesia ke kawasan Asia Pasifik. Terutama ke Filipina yang merupakan sekutu tradisional Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara.
Namun masuknya investasi Cina ke Indonesia yang dipandu oleh Skema Kawasan Ekonomi Khusus, nampaknya jauh lebih berbahaya di balik rencana investasi besar-besaran Cina ke Indonesia.
Karena skema KEK ini, mengingatkan kita pada skema serupa yang diterapkan Deng Xioping pada 1979, untuk menjalin persekutuan strategis dengan Cina-Cina Rantau yang sebagian besar merupakan pebisnis besar yang merajai negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Agar bisa menanam investasi secara besar-besaran di Cina Daratan.
para Taipan yang menyebar di berbagai kawasan dunia termasuk Asia Pasifik, bisa ditarik kembali ke negeri para leluhurnya, agar berinvestasi.
Gagasan dasar Deng adalah, mengingat kebijakan pintu tertutup dan sosialisme ortodoks yang diterapkan Mao Zedong ternyata malah menyengsarakan dan memiskinkan rakyat Cina, Deng kemudian mencanangkan sebuah arah kebijakan strategis baru dalam bidang perekonomian, yaitu pemerintah pusat Cina secara aktif mendorong warganya agar terlibat dalam perdagangan dan kegiatan komersial swasta untuk memburu keuntungan.
Dengan begitu, pintu gerbang itu dibiarkan sedikit terbuka untuk perusahaan-perusahaan asing. Dan ini berarti, termasuk para Taipan Cina rantau yang kebetulan sebagian besar daerah kelahirannya berasal dari Cina Selatan.
Sterling Seagrave, mantan wartawan investigasi di Asia asal Inggris, menulis buku menarik Lords of the Rim. Membongkar jaringan Cina Perantauan atau Cina Pesisir (Overseas Chinese). Dan sepak-terjangnya di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Menurut Seagrave dalam bukunya ini, kampung leluhur para pengusaha kakap Cina berasal dari Pesisir (Pacific Rim) atau Cina Selatan, terutama Kwangtung, Fukien. Masuk akal jika Deng melalui kebijakan strategisnya menggalang dukungan para Taipan Cina Selatan ini kemudian memprioritaskan Provinsi Kwantung dan Fukien, basis kekuatan dan kampung leluhur para Taipan Cina Selatan.
Nah inilah awal mula Deng menerapkan kebijakan ZONA EKONOMI KHUSUS di Cina Selatan, dimana 14 kota di sepanjang Cina pesisir tersebut dibuat menjadi “Kota Terbuka” dan diberi status perdagangan khusus dan mendapat potongan-potongan pajak untuk mendorong investasi para Taipan Cina Selatan yang para leluhurnya juga merupakan pedagang, sudah berabad-abad meninggalkan Cina.
Sembilan dari kota-kota ini ada di provinsi selatan, di antaranya Ningpo, Shanghai, Wenxhou(Wengchow), Fuzhou, Guangzhou(Canton), Zhinjiang(Chan-Chiang), Beihai dan Hainan. Semuanya adalah tanah-tanah leluhur Cina Rantau. Deng juga memberi hak istimewa ekonomi yang besar kepada Szechuan, provinsi kelahirannya di Cina Barat Daya, yang sejak dulu merupakan salah satu kawasan pedalaman terkaya.
Zona Ekonomi Khusus(SEZ) sejatinya diciptakan dengan hak-hak istimewa (SEZ) diciptakan dengan hak-hak istimewa yang bahkan lebih besar. Tiga dari empat SEZ terletak di Provinsi Kwangtung: Shenzhen yang berbatasan dengan Wilayah baru Hongkong, Zhuhai di mulut Sungai Mutiara yang berseberangan dengan Macao, dan Shanto(Swatow), tanah kelahiran para Taipan dari suku Teochiu yang merupakan taipan Pesisir Cina yang terkaya.
Singkat cerita, melalui Skema SEZ ini, pemerintahan pusat Cina yang berada dalam kendali Deng, berhasil memanfaatkan dan memobilisasi dukungan dana dari Cina Rantai yang sudah berhasil menjadi pengusaha Cina sukses di berbagai kawasan Asia Pasifik, untuk membangun perekonomian nasional Cina di era pemerintahan Deng Xioping.
Bahkan lebih daripada itu, penciptaan skema SEZ secara efektif mampu menggalang loyalitas kesukuan HAKKA, HOKKIEN, HOKCHIU, HENGHUA, TEOCHIU, CANTON, dan HAINAN. Mereka semua bisa tergerak menanam investasi di Cina karena 14 Provinsi yang dicanangkan sebagai SEZ merupakan kampung halaman mereka.
Dengan diberlakukanya Skema SEZ di14 kota tersebut, maka Liberalisasi Ekonomi praktis telah diterapkan d Cina Selatan. Bahkan melalui skema SEZ tersebut, semua sindikat Cina Rantau mendapat pintu masuk untuk menjalin hubungan-hubungan rahasia dengan jaringan bawah tanah yang bermukim di kampung-kampung leluhur melalui Hongkong.
Begitu Cina daratan membuka diri, pelabuhan-pelabuhan besar di Fukien dengan diam-diam memperbaharui koneksi-koneksi sindikat langsung dengan Taiwan, Jepang dan Asia Tenggara. Lebih gilanya lagi, sindikat-sindikat Canton dan Teochiu meningkatkan operasi-operasi penyelundupan ke Kwangtung dan Hongkong.
Bisa dibayangkan. JIKA SEZ pemerintah pusat Cina berhasil menggalang para Taipan Cina Rantau yang sudah lama meninggalkan negeri leluhurnya kembali ke Cina melalui iming-iming keuntungan ekonomi, maka dengan keinginan Cina agar memiliki Kawasan Ekonomi Khusus, bisa dipastikan pemerintah Cina dan para konglomerat Cina yang berkiprah di Indonesia, akan bersatu-padu melakukan invasi ekonomi di Indonesia.
Jalinan kerjasama Pemerintah pusat Cina di Beijing dengan para konglomerat Cina Rantau di Indonesia yang umumnya juga berasal dari Cina Selatan seperti Salim Group atau Lippo Group, memang sudah ada sarananya sejak dahulu kala. Terkait penerapan skema SEZ yang berhasil menjalin aliansi strategis antara pemerinahan Deng di Cina daratan dan para Taipan asal Cina Selatan, rupanya dijalin melalui sistem koneksi sosial yang unik, Guanxi. Melalui sistem koneksi sosial inilah modal para Taipan Cina Selatan berhasil dialirkan ke negeri leluhurnya di Cina daratan.
Guanxi ini memang sejatinya merupakan sebuah kearifan lokal yang tumbuh di kalangan masyarakat tradisional Cina. Guanxi tumbuh dari suatu masyarakat agraris di mana orang-orang saling menolong dengan tetangga, kerabat dan kawan-berkawan. Seperti nelayan, orang Cina membuat jarring Guanxi yang simpul-simpulnya terkait oleh pernikahan, klab-klab, perkumpulan rahasia, baik ke masa silam maupun masa depan.
Mereka mengumpulkan guanxi yang disusun oleh ibu atau kakek. Ini bisa diwariskan atau diserahkan.
Di bawah komunisme, bisnis tidak diatur untuk keuntungan melainkan untuk guanxi, jenis penjaminan khas yang melangkahi saluran-saluran resmi. Guanxi bisa menjadi sarana para pihak yang bertikai untuk bernegosiasi atau beruding agar tercapai kesepakatan yang adil.
Bahkan bapak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, pernah mengatakan bahwa para Taipan Cina perantauan yang tersebar di berbagai negara, termasuk yang bermukim di Singapura, agar memanfaatkan Guanxi untuk membangun hubungan komersial yang kokoh dengan Cina Daratan. Sebab silsilah besar yang berakar dalam di Cina Daratan ini masih sangat kuat.
Bahkan para pengusaha barat seperti dari Amerika Serikat, bahwa para Taipan Cina Rantau asal Cina Selatan punya keuntungan yang tidak fair karena Guanxi melindungi mereka, bagai menggunakan kalung bawang putih di Transylvania. Bahkan, orang-orang Cina Rantau masa kini yang kaya raya telah menganyam jarring serupa di beberapa universitas sohor di barat seperti Cambridge, Harvard, British Colombia dan Wharton.
Lebih daripada itu, jarring Guanxi itu telah bekerja seperti jaringan kompas di seluruh Pesisir Pasifik(Pacific Rim). Menurut Seagrave dalam bukunya ini, para pengusaha kakap Cina Pesisir ini, pada umumnya berguru ilmu bisnis justru dari Sun Tzu, ahli strategi perang di era Dinasti Wu.
Yang perlu kita waspadai adalah salah satu ajaran Sun Tzu yang diserap oleh para pebisnis Cina yang saat ini praktis sudah menguasai Asia-Pasifik. Antara lain:
Haluslah agar kau tak terlihat
Misteriuslah agar kau tak teraba
Maka kau akan kuasai nasib lawanmu...
Benar. Inilah benih-benih jaringan siluman atau aneka komunitas rahasia lainnya macan TRIAD, kongsi, sistem-sistem gilda, tong, serta asosiasi-asosiasi berdasarkan kesamaan nama dan asal, yang bersama-sama atau sendiri-sendiri, memasok koneksi-koneksi personal maupun jaringan finansial, sehingga Cina Rantau ini menjadi kekuatan hebat.
Modal ventura, pabrik-pabrik, perdagangan, dan para manajer jagoan, mengalir ke Republik Rakyat Cina, dari para investor ekspatriat Cina di Hongkong, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa.
Yang harus diwaspadai dari Skema KEK, adalah fakta bahwa Cina Daratan dan Taipan Cina Rantau nampaknya secara skematis memang sudah menyusun aksi strategis bersama.
Menurut Profesor Wang Gung Wu dalam seminar di CSIS 16 November 1997, selain Cina berpenduduk besar, ada sumberdaya alam(SDA), memiliki kebudayaan dan tradisi tua di di dunia, semenjak reformasi mengalami masa transformasi dan konvergensi ke arah kapitalisme yang akhirnya melahirkan konsep ONE COUNTRY and TWO SYSTEM, yaitu sistem negara dengan elobarossi ideology antara sosialisme dan kapitalisme.
Dengan kata lain, melalui sistem satu negara dua sistem, kombinasi kapitalisme dan sosialisme, titik beratnya adalah swasta di satu sisi, sementara di sisi lain peran negara diperkecil. Artinya, para pengusaha silahkan berada di garis depan membuka ladang-ladang usaha di luar negara Cina, namun ada dukungan militer(negara) dari belakang.
Apakaha para Cina Rantau yang ada di Indonesia bagian juga dari design ini?
Memang masih perlu dikaji lebih dalam. Namun yang jelas, para Taipan Cina Rantau ini merupakan salah satu penyangga ekonomi Cina saat ini. Setidaknya sekitar 60 persen investasi di Cina kemungkinan besar berasal dari para Taipan Cina Rantau yang berkampung halaman di Cina Selatan ini. Termasuk Liem Soe Liong, yang imperium bisnisnya di Indonesia dan Asia Pasifik saat ini diteruskan oleh putranya, Anthoni Salim.
Masuk akal jika kita jadi was-was. Apalagi dengan fakta bahwa para Taipan Cina Rantau yang beroperasi di Indonesia, saat ini sebagian besar merapat ke kubu presiden terpilih Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Bagaimana anatomi Taipan Cina Rantai di Indonesia?
Dalam deretan 19 orang terkaya di Indonesia berdasarkan pengamatan Tim Pengamat Kekayaan Global Forbes, Mochtar Riyadi dan keluarga memiliki total kekayaan bersih sebesar 2,5 miliar dolar Amerika. Sedangkan Edwin Suryajaya tercatat memiliki kekayaan 1,2 miliar dolar Amerika.
Kekayaan yang fantastis dari group LIPPO-nya dinasti Riyadi dan dinasti Suryajaya, tentu saja baru sebagian dari cerita kalau mau dikaitkan betapa besarnya pengaruh konglomerasi Cina dalam menentukan perpolitikan nasional kita saat ini.
Mari simak kekuatan ekonomi kelompok-kelompok bisnis Cina lainnya. Kakak beradik Robert dan Michael Hartono, pemilik bisnis rokok Djarum, masing-masing tercatat memiliki 7,6 miliar dolar Amerika dan 7,3 miliar dolar Amerika. Bahkan dengan jumlah kekayaan sebesar 7,6 miliar dolar Amerika, Robert Hartono tercatat diperingkat ke-173 dari kalangan miliader dunia.
Bisa dipastikan, kedua kakak beradik ini akan memainkan pengaruh besar terhadap pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Betapa tidak. Robert alias Oei Hwie Tjhong dan Michael alias Oei Hwie Siang adalah anak Pendiri Djarum, Oei Wie Gwan. Pada 2007, keduanya membeli BCA dan kini mengendalikan 51 persen saham bank swasta terbesar di Indonesia ini.
Berdasarkan publikasi dari Forbes hingga November 2013, laman Detik.com menyatakan bahwa, asal usul miliader Indonesia berbeda dengan miliader Amerika Serikat. Jika miliader AS terbanyak bergerak di sektor industri teknologi, maka orang-orang kaya di nusantara ini justru didominasi oleh industriawan rokok.
Ada benar juga memang. Namun perbandingan dua latar industri pencipta miliader antara Indonesia dengan AS itu ternyata cenderung terjebak pada simplifikasi. Karena meski keluarga Hartono Djarum, maupun keluarga Sampoerna, yang merupakan generasi kedua atau bahkan generasi ketiga, mereka tak mau terpaku di industri rokok.
Beda dari kakek maupun orang tuanya selaku cikal bakal pendiri grup usahanya, generasi penerima waris ini cekatan dan lihai mengembangkan bisnis awal keluarganya. Lihat saja Robert dan Michael, mereka berhasil bertahun-tahun mempertahankan gelar Forbes sebagai orang terkaya pertama dan kedua di Indonesia, karena jitu melihat peluang usaha yang terbuka. Yaitu membeli hingga berhasil menguasai saham mayoritas kepemilikan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), bank swasta terbesar di Indonesia.
Sebaliknya, Susilo anak Surya Wonowidjojo pendiri Gudang Garam industriwan rokok besar di Kediri, Jawa Timur. Keluarga pemilik kekayaan sebesar 5,3 miliar dolar Amerika ini yang dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes edisi 2 Desember 2013 menduduki peringkat 4 di bawah keluarga Robert & Michael Hartono pemilik 15 miliar dolar Amerika; keluarga Eka Tjipta Widjaja pemilik 7 miliar dolar Amerika; dan keluarga Anthony Salim pemilik 6,3 miliar dolar Amerika.
Dari kalangan pribumi, satu catatan khusus kiranya layak dialamatkan pada Chairul Tanjung, pemilik baru kelompok detikcom dan kelompok media Trans Group. Dengan jumlah kekayaan sebesar 4 miliar dolar Amerika dan menduduki peringkat ketiga setelah Hartono bersaudara pemilik Djarum. Karena kuat dugaan kuat bahwa Chairul Tanjung yang terkenal dengan group bisnisnya PARA GROUP, merupakan frontline dari grup bisnis Salim Group.
Untuk membaca secara utuh peta kekuatan konglomerasi Cina sekaligus mengukur kekuatannya dalam membangun pengaruh politik di Indonesia, marilah kita simak data-data berikut ini.
Berdasarkan daftar lengkap 50 orang terkaya Indonesia pemilik ratusan juta US$ versi Forbes edisi 2 Desember 2013. Kekayaan 50 orang terkaya Indonesia ini seperti dikutip dari Forbes, Kamis (21/11/2013), dihimpun berdasarkan infromasi keuangan dan kepemilikan saham yang diperoleh dari bursa saham, analis, individu dan keluarga serta berbagai sumber lain.
1. R Budi & Michael Hartono: 15 miliar
2. Eka Tjipta Widjaja & Keluarga: 7 miliar
3. Anthony Salim dan Keluarga: 6,3 miliar
4. Susilo Wonowidjojo & keluarga: 5,3 miliar
5. Chairul Tanjung (51 tahun): 4 miliar
6. Sri Prakash Lohia (61 tahun): 3,7 miliar
7. Boenjamin Setiawan & Keluarga: 3 miliar
8. Peter Sondakh (61 tahun): 2,7 miliar
9. Mochtar Riady & keluarga: 2,5 miliar
10. Sukanto Tanoto: 2,3 miliar
11. Putera Sampoerna dan keluarga: 2,15 miliar
12. Tahir: 2,05 miliar
13. Bactiar Karim: 2 miliar
14. Theodore Rachmat: 1,9 miliar
15. Martua Sitorus: 1,85 miliar
16. Murdaya Poo: 1,75 miliar
17. Ciliandara Fangiono dan keluarga: 1,7 miliar
18. Achmad Hamami dan keluarga: 1,5 miliar
19. Kartini Muljadi dan keluarga: 1,42 miliar
20. Eddy Katuari dan keluarga: 1,4 miliar
21. Low Tuck Kwong: 1,37 miliar
22. Hary Tanoesoedibjo: 1,35 miliar
23. Ciputra dan Keluarga: 1,3 miliar
24. Edwin Soeryadjaya: 1,2 miliar
25. Djoko Susanto: 1,15 miliar
26. Eka Tjandranegara: 1,15 miliar
27. Harjo Sutanto : 1,14 miliar
28. Soegiarto Adikoesoemo : 1,040 miliar
29. Kusnan dan Rusdi Kirana: 1 miliar
30. Garibaldi Tohir: 960 juta
31. Sjamsul Nursalim: 950 Juta
32. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: 940 Juta
33. Kuncoro Wibowo dan Keluarga:910 Juta
34. Husain Djojonegoro dan Keluarga: 875 Juta
35. Sudhamek: 830 Juta
36. Eddy Kusnadi Sariaatmadja: 820 Juta
37. Benny Subianto : 790 Juta
38. Aksa Mahmud : 780 Juta
39. Jogi Hendra Atmadja : 760 Juta
40. Santosa Handojo : 750 Juta
41. Prajogo Pangestu: 745 juta
42. Hashim Djojohadikusumo : 700 juta
43. Kiki Barki : 680 juta
44. Alexander Tedja : 670 juta
45. The Nin King : 650 juta
46. Winato Kartono : 590 juta
47. Sandiaga Salahuddin Uno : 460 juta
48. Trihatma Haliman : 450 juta
49. Arifin Panigoro : 420 juta
50. Sutjipto Nagaria : 390 juta.
Dengan semakin menguatnya pengaruh ekonomi Cina di Indonesia, maka dengan diberikannya KEK kepada Cina di Indonesia, berarti Cina akan membawa ke Indonesia tidak saja uangnya, melainkan juga sumberdaya manusianya dan pabrik-pabriknya.